Sabtu 10 Oct 2015 17:03 WIB

SMA 2 Yogyakarta Pakai E-Voting Pilih OSIS

OSIS
Foto: wikimedia
OSIS

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- SMA Negeri 2 Yogyakarta memilih memanfaatkan teknologi informasi untuk menggelar pemilihan pengurus Organisasi Siswa Intra Sekolah yaitu dengan mekanisme e-voting.

"Kegiatan ini harus diapresiasi dan sekaligus membuktikan bahwa Kota Yogyakarta mampu memanfaatkan teknologi informasi untuk pemilihan, meskipun saat ini skalanya adalah pemilihan Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS)," kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Yogyakarta, Wawan Budianto, Sabtu (10/10).

Menurut Wawan, KPU Kota Yogyakarta telah bekerja sama dengan SMA Negeri 2 Yogyakarta selama lima tahun terakhir untuk pelaksanaan pendidikan demokrasi, salah satunya pemilihan pengurus OSIS atau lebih sering disebut Pemilos.

Ia mengatakan, pemanfaatan e-voting untuk pemilihan OSIS oleh SMA Negeri 2 Yogyakarta baru dilakukan pertama kalinya di Indonesia.

"Semua perangkat dan kebutuhan untuk melaksanakan e-voting dipenuhi oleh sekolah sendiri. Semua adalah hasil kreativitas siswa," katanya.

Sementara itu, perancang aplikasi sistem e-voting SMA Negeri 2 Yogyakarta Aushaf Fakhri mengatakan hanya membutuhkan waktu sekitar dua pekan untuk merampungkan aplikasi pemilihan secara elektronik itu.

Ia mengatakan, membangun basis data pemilih terlebih dulu yang didasarkan pada nomor induk siswa (NIS) dan kemudian meminta seluruh siswa mendaftar ulang agar memperoleh password yang unik.

"Di dalam bilik suara, pemilih tinggal memasukkan NIS dan password dan akan muncul kandidat yang akan dipilih. Tinggal klik pada pilihan yang diinginkan dan suara akan langsung masuk ke sistem," katanya.

Ia menjamin, suara yang diberikan pemilih tetap aman dan rahasia karena setiap password unik dan hanya bisa digunakan satu kali.

Sistem, lanjut dia, akan langsung menghitung suara yang masuk sehingga hasil pemilihan dapat segera diketahui.

Sementara itu, Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMA Negeri 2 Yogyakarta Listiyarni mengatakan, sistem e-voting sangat mengurangi kebutuhan kertas.

"Ada sekitar 900 siswa yang memiliki hak pilih. Jika menggunakan metode konvensional, maka akan membutuhkan banyak kertas. Tetapi dengan sistem ini tidak lagi dibutuhkan kertas suara," katanya.

Ia mengatakan, tidak menyediakan dana khusus untuk pelaksanaan pemilihan dengan sistem e-voting karena seluruhnya dikerjakan siswa, termasuk perangkat laptop menggunakan milik petugas pemilihan dan sekolah sudah memiliki jaringan internet.

sumber : antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement