Senin 07 Mar 2016 17:08 WIB

Pelajar Al Azhar Belajar Fenomena GMT Lewat Kardus Hingga Teleskop

 Petugas Planetarium menyeting alat teropong pengamatan terjadinya Gerhana Bulan di Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (8/10).   (Republika/Rakhmawaty La'lang)
Petugas Planetarium menyeting alat teropong pengamatan terjadinya Gerhana Bulan di Planetarium Taman Ismail Marzuki, Jakarta Pusat, Rabu (8/10). (Republika/Rakhmawaty La'lang)

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA - Siswa SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya belajar proses terjadinya gerhana matahari yang akan terjadi pada Rabu (9/3) mendatang. Para siswa  menggunakan media pembelajaran seperti kardus, teleskop maupun kertas putih.

Guru Fisika dan Robotik SMP Islam Al Azhar 13, Hendro Yulius Suryo Putro di Surabaya, Senin (7/3), menjelaskan praktik proses terjadinya gerhana matahari ini merupakan bagian dari proses pembelajaran yang tekait dengan kompetensi tata surya.

"Siswa kelas VIII diajarkan untuk praktik terjadinya gerhana matahari dengan beberapa cara, seperti menggunakan kardus, kertas putih, teleskop dan kacamata filter matahari. Fenomena alam gerhana matahari total pada lusa akan menjadi momen langka bagi kita semua, sehingga harus dimanfaatkan," katanya.

Dalam pembelajaran proses terjadinya gerhana matahari tersebut, pihaknya menggandeng komunitas pecinta astronomi sebagai narasumber untuk menjelaskan tentang materi gerhana matahari dan mengajak para siswa membuat media pembelajaran.

Di tempat yang sama, alumnus Institut Teknologi Bandung (ITB), Andi Sitti Maryam MSi mengatakan ketika menatap gerhana matahari langsung akan merusak mata karena cahaya matahari dapat membakar retina dan menyebabkan kebutaan.

"Sama halnya dengan kaca pembesar yang menyalurkan cahaya matahari hingga membakar benda yang berada di titik fokusnya," terang founder Komunitas Pecinta Astronomi Indonesia dihadapan 60 siswa kelas VIII SMP Islam Al Azhar 13 Surabaya.

Menurut dia, ketika melihat gerhana matahari dengan bantuan kacamata filter matahari, masih dinilai aman. Namun saat bergeser maka akan berbahaya karena dari gelap kemudian kembali terbuka ke piringan matahari, sehingga kondisi pupil masih terlalu besar usai berada dalam kegelapan.

"Untuk melihat gerhana matahari, bisa dilakukan dengan menggunakan teleskop, kaca mata filter matahari dan kamera luang jarum yang terbuat dari kardus. Jika teleskop, anak-anak masih tidak memiliki alat tersebut, sehingga alat paling sederhana dengan menggunakan kacamata filter matahari dan kamera lubang jarum," tuturnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement