REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru besar pendidikan sejarah Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Jawa Barat, Said Hamid Hasan menegaskan, sejarah Indonesia harus memberikan edukasi kemaritiman pada masyarakat. Menurutnya, hal tersebut menjadi tantangan ihwal menjadikan Indonesia menjadi bangsa dominan di bidang kemaritiman.
"Ini yang sebenarnya revolusi mental. Sejarah Indonesia harus bisa menjadi poros, bagaimana mengedukasi kemaritiman dalam hidup masyarakat," kata Hamid dalam acara Konferensi Sejarah Nasional (KSN) X Tahun 2016 di Jakarta, Selasa (8/11).
Ia menyebut, saat ini mental bangsa Indonesia sudah mulai berubah. Dahulu, ia melanjutkan, tidak ada masyarakat Indonesia yang membeli kapal, semua membuatnya sendiri.
Menurutnya, sejarah kejayaan kemaritiman Indonesia tidak boleh berhenti dari peristiwa masa lalu. Ia menyebut, sejarah merupakan proses yang berkelanjutan dan akan terus hidup dalam diri masyarakat Indonesia.
Menurutnya, masyarakat harus mempelajari sejarah kemaritiman Indonesia. Salah satunya, seperti, memahami kakakteristik kerajaan maritim Indonesia, memahami faktor-faktor pendukung kegiatan kerajaan maritim Indonesia, menganalisa keterkaitan antara kekayaan agraris dengan kemaritiman pada masa kerajaan maritim Indonesia. Serta, menganalisa fungsi kemaritiman dalan mempersatukan bangsa Indonesia.
"Kita tak boleh meninggalkan sejarah. Apa yang masih relevan tentang isi dan konten," jelasnya.
Hamid menyebut, masyarakat tidak boleh memahami sejarah hanya sebatas konten politik, ekonomi, sosial dan budaya. Sebab, banyak hal yang bisa digali ihwal semangat bahari, masalah pemasaran, teknologi perkapalan, ilmu pelayaran, kemampuan berkomunikasi, masalah keterampilan berfikir.
Kemudian, memperkenalkan laut dan kemaritiman sebagai kehidupan berbangsa, memperkenalkan jalur pendaganagan dan barang dagangan, mengindentifikasi barang-barang dagangan melalui laut.