Kamis 14 Sep 2017 18:45 WIB

'Sekolah-Sekolah Masa Depan Harus Menyenangkan'

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Fernan Rahadi
Muhammad Nur Rizal (kedua kiri) dan istrinya, Novi Candra (kedua kanan) saat menjadi pembicara dalam bedah buku 'Sekolah Nir Kekerasan' beberapa waktu lalu.
Foto: Nico Kurnia Jati
Muhammad Nur Rizal (kedua kiri) dan istrinya, Novi Candra (kedua kanan) saat menjadi pembicara dalam bedah buku 'Sekolah Nir Kekerasan' beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), Muhammad Nur Rizal berpendapat, sekolah-sekolah yang ada di masa depan memang sudah harus menyenangkan. Artinya, sekolah-sekolah tidak lagi berpatokan kepada nilai-nilai akademik untuk menentukan prestasi siswa-siswa.

"Memang sekolah masa depan itu sekolah yang menyenangkan, bukan sekolah yang berbasis kepada nilai-nilai (akademik) saja," kata Rizal kepada Republika di SD Negeri 2 Karangmloko Kabupaten Sleman, yang merupakan salah satu sekolah model GSM, Kamis (14/9).

Dalam kesempatan itu, Rizal turut mendampingi SD Negeri 2 Karangmloko untuk menerima kunjungan studi banding tenaga-tenaga pendidikan Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Kepada mereka, Rizal menekankan, banyak nilai-nilai budaya Indonesia yang seharusnya dapat diterapkan di sekolah.

Pernah mengunjungi sekolah-sekolah dari berbagai belahan dunia, Rizal membagikan pengalamannya melihat langsung dan berbincang dengan tenaga-tenaga pendidik berbagai negara. Ia menyimpulkan, justru negara-negara maju pendidikannya berpusat kepada memanusiakan anak-anak. "Bukan standarisasi kemampuan memori, tapi mengembangkan bakat-bakat yang dimiliki," ujar Rizal.

Artinya, lanjut Rizal, sekolah melalui guru-guru memberikan ruang demokrasi yang setara, tidak atas bawah tapi sama-sama. Ruang gerak yang seimbang itu membuat oksigen di ruang otak menjadi berimbang, sehingga fokus belajar jadi optimal dan baik.

Selain itu, kondisi itu menghadirkan ruang emosi dan perasaan, jadi saat anak-anak masuk kelas diidentifikasi perasaannya sedang senang, sedih atau seperti apa. Hal itu berguna untuk memonitor emosi anak, yang bermanfaat untuk memberikan metode pembelajaran yang sesuai.

"Nah, ini salah satu membangun olahrasa, lalu anak-anak diajak berefleksi, refleksi berpikir itu yang akan membangun olah pikir, sehingga ada kemampuan mendefisnisikan problem lalu mencari solusi dari persoalan-persoalan itu," kata Rizal.

Melalui kondisi seperti itu, akan dibangun penguatan pendidikan karakter yang memang harus memenuhi empat syarat olah yaitu olahpikir, olahrasa, olahgerak dan olahlaku. Menurut Rizal, sistem pendidikan seperti itulah yang merupakan wajah dari sekolah masa depan. 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement