REPUBLIKA.CO.ID, JAMBI -- Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan peremajaan kelapa sawit di Desa Ujung Tanjung, Kabupaten Muaro Jambi, pada Senin (10/9). Kegiatan ini merupakan bagian untuk menjaga sawit sebagai komoditas strategis nasional bisa tetap berkelanjutan.
Di Jambi terdapat 789 ribu hektare lahan sawit dengan 578 ribu hektare diantaranya adalah sawit rakyat. Dari jumlah itu, ada 63 ribu yang perlu diremajakan. Tahun 2018 ini, Kementan menargetkan peremajaan di Jambi seluas 20 ribu hektare lahan sawit.
Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Jambi Agusrizal menjelaskan, pemerintah daerah baru siap dengan 15,7 ribu hektare. "Banyak faktor penyebabnya, termasuk dari segi administrasi," ucapnya.
Administrasi yang dimaksud Agusrizal adalah pengumpulan sertifikat tanah atau surat keterangan tanah melalui koperasi unit desa (KUD). Dengan banyaknya pihak yang menjadi pemilik lahan dan tersebar di berbagai daerah, mengumpulkan berkas menjadi kendala besar.
Agusrizal menjelaskan, pihaknya sudah menekankan kepada KUD di berbagai daerah untuk segera menyelesaikan permasalahan administrasi. "Kalau mereka bisa cepat, kami juga bisa mengajukan cepat. Dampaknya ke mereka lagi kan," ujarnya.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjelaskan, sawit masih menjadi komoditas ekspor terbesar Indonesia dengan volume ekspor sebesar 33,52 juta ton CPO pada 2017. Volume tersebut setara dengan nilai 21,26 miliar dolar AS.
"Tindakan peremajaan ini sangat penting dilakukan untuk menjaga produktivitas sawit, dan yang terpenting untuk keberlangsungan pendapatan petani di masa depan," kata Amran saat membuka acara.
Amran mencatat, secara nasional, terdapat 14,03 juta hektare lahan sawit di Indonesia, dengan luasan sawit rakyat 5,61 juta hektare. Dari total tersebut, 2,4 juta hektare diantaranya perlu peremajaan karena tanaman di dalamnya sudah berusia di atas 25 tahun.
Menurut Amran, program peremajaan ini merupakan sebuah kesempatan besar. Sebab, pemerintah sedang memberikan perhatian kepada petani, sehingga sudah sepatutnya pemda dan petani merespon dengan baik.
Selain Jambi, Amran menargetkan peremajaan sawit dapat menjangkau 185 ribu hektare di 20 provinsi dan 75 kabupaten pada tahun ini. "Kebutuhan benih diprediksi bisa mencapai 27,7 juta batang yang dipasok dari 17 industri benih nasional," katanya.
Jambi menjadi salah satu provinsi yang menerima dana dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS). Badan yang dikelola oleh Kementerian Keuangan tersebut menghimpun dana dari ekspor CPO yang harganya telah melebihi 750 dolar AS per metric ton, dengan pungutan sebesar sebesar 50 dolar AS per metric ton. Dana tersebut tidak menjadi bagian yang dibebankan pada harga tandan buah segar (TBS) yang dibayarkan kepada petani.
Amran menjelaskan, ada beberapa poin yang menyebabkan peremajaan patut menjadi prioritas, termasuk dari segi produktivitas. Usia tanaman yang sudah melewati usia 25 tahun memiliki produktivitas tanaman yang rendah, yakni di bawah 10 ton TBS per hektare per tahun.
Selain itu, melalui peremajaan, petani akan mendapatkan bibit yang lebih berkualitas dan telah bersertifikat. "Pemilihan benih pun harus tepat, karena kalau keliru dampaknya sampai dengan 25 tahun," kata Amran.