Jumat 14 Sep 2018 17:15 WIB

Generasi Milenial Berpotensi Jadi Agen Dakwah

pergerakan awal pasti dimulai dari pemuda.

Rep: Zachrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Dakwah
Foto: Dok. Republika
Dakwah

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah KH Cholil Nafis menyebut generasi muda adalah agen perubahan. Hal ini sudah terbukti sejak zaman dulu.

Setiap perubahan yang terjadi baik dalam sejarah Islam maupun Indonesia, pergerakan awal pasti dimulai dari pemuda. Tidak ada yang tiba-tiba menjadi tua dan mengajukan perubahan.

"Contohnya saat Nabi Musa melakukan perubahan dan mendapat kitab Taurat, itu usianya masih muda. Nabi Ibrahim juga saat merubah perilaku menyembah patung, masih muda. Di Indonesia pun saat Soekarno-Hatta, Soeharto, dan Habibie itu usia mereka masih muda," ujar Kiai Cholil kepada Republika.co.id, Jumat (14/9).

Menanggapi ucapan Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI) Kementerian Agama (Kemenag) Arskal Salim GP yang menyatakan generasi milenial memiliki potensi menjadi agen dakwah, Kiai Cholil pun setuju. Sejarah disebut telah membuktikan hal tersebut.

Kiai Cholil menyatakan saat ini generasi muda diberkahi dengan kemajuan teknologi dan berkembangnya media sosial (medsos). Perkembangan ini pun harus dibarengi dengan nilai keagamaan dan moral agar tidak terbawa dan menjadikan berkat ini sebagai sesuatu yang membawa pada kehancuran.

"Kemampuan dan perkembangan zaman ini bisa menjadi kebaikan mana kala diberi jiwa-jiwa keagamaan dan nilai moral. Jika mereka hidup dengan alam teknologi, kebebasan, dan keterbukan tanpa dua nilai tadi, yang terjadi adalah kehancuran," lanjutnya.

Pria kelahiran 1975 ini berharap pemuda dapat diikut sertakan dalam aktifitas dakwah dan agama. Jangan melulu dikaitkan dengan politik dan kekuasaan.

Jika pemuda sudah diberi ilmu agama dan dakwah, mereka akan menjadi manusia yang baik dan bertanggungjawab. Para generasi penerus bangsa ini nantinya bisa mengendalikan diri baik di dunia nyata maupun di dunia maya.

Alat dan perkembangan teknologi yang sudah baik dan modern ini harusnya bisa dimanfaatkan dengan baik juga. Lebih-lebih mendukung pemuda sebagai agen perubahan.

Medsos bisa membantu mempercepat penyebaran informasi. Antar penggunanya pun bisa lebih interaktif dan cakupannya lebih luas.

"Kalau orang sudah dubejali tatanan nilai moral dan agama, dia bisa lebih bertanggungjawab. Bukan mereka seperti di dua alam, dimana sikap saat dunia nyata berbeda dengan di dunia maya," 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement