Ahad 16 Sep 2018 00:54 WIB

Rintihan dari Dalam Septic Tank

Kecelakaan pekerja saluran pembuangan limbah di New Dehli sering terjadi.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Warga Delhi menyeberangi jalanan di New Delhi yang tersaput kabut asap.
Foto: Saumya Khandelwal/Reuters
[ilustrasi] Warga Delhi menyeberangi jalanan di New Delhi yang tersaput kabut asap.

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI - Lebih kurang setinggi tiga lantai apartemen, lima orang pekerja limbah pembuangan terjebak hingga tewas dalam kecelakaan kerja di India. Pradeep Jangra (21 tahun) berjuang menarik teman semasa kecilnya keluar dari jeratan tangki pengolahan limbah yang bau.

Vishal Pasi (20 tahun), yang ditarik Jangra tidak kuat menahan gas yang dihasilkan dari kotoran limbah dan mengotori seluruh tubuhnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Saya tak bisa bernafas," kata Pasi dengan terbata-bata.

Setelah diselamatkan beberapa jam, Pasi meninggal dunia. Begitu pula dengan empat pekerja lainnya dan polisi yang hendak menyelamatkan. Mereka tewas tenggelam di dalam wadah pembuangan limbah di kompleks apartemen mewah baru di ibukota India pada Ahad (8/9) waktu setempat.

Kecelekaan kerja memilukan itu terjadi di Delhi Land and Finance (DLF) Capital Greens, sebuah perumahan berpagar yang menempati orang-orang kaya raya di India. Di sekitar wilayah itu terdapat diler BMW, Jaguar dan Land Rover. Di seberang jalan perumahan, terdapat aula besar nan mewah berwarna krem dengan sentuhan kerlap-kerlip hiasan yang kerap disebut "Golden Royale".

Pada awal 2018, pekerja septic tanki juga tewas saat menghirup gas beracun di tangki pengolahan limbah di hotel bintang lima New Delhi, beberapa meter dari pasar modern yang sering dikunjungi warga asing. Agustus lalu juga dua pekerja tercekik gas beracun ketika membersihkan sebuah tangki limbah di sebuah pusat perbelanjaan di bagian timur kota.

Kematian pekerja tangki pembuangan limbah, bukan kali ini saja. Kejadian-kejadian mengenaskan tenggelam di tangki limbah sudah kerap terjadi di India. Lebih dari 20 pekerja tangki tewas di selokan dan tangki saat mereka melakukan perawatan tangki di New Delhi, kota yang kini tengah menjadi kota berkembang dengan kekayaan yang meningkat.

Di seluruh India, angka-angka itu tidak seberapa, berdasarkan catatan aktivis pekerja, sejak awal 2017 terdapat 200 pekerja tewas di dalam tangki karena tenggelam. Berjatuhannya korban jiwa itu bertepatan dengan upaya besar-besaran untuk meningkatkan sanitasi di India. Kampanye "Clean India" oleh Perdana Menteri Narendra Modi termasuk kampanye mendirikan toilet-bangunan nasional dan kompetisi antar kota untuk menghilangkan sampah dari jalan-jalan mereka.

Pada saat yang sama, hanya sedikit yang berubah bagi para pekerja yang melakukan pekerjaan yang berbahaya dan terstigma dalam menangani limbah manusia. Membersihkan saluran pembuangan dan menghilangkan sumbatan sebagian besar masih dilakukan dengan tangan, meskipun undang-undang 2013 melarang praktik tersebut. Peralatan keamanan diperingatkan oleh hukum tetapi jarang digunakan. Sayangnya, pelanggar tidak dihukum.

Ancaman yang dihadapi oleh para pekerja ini merupakan simbol tantangan yang lebih luas di negara yang telah mengalami pertumbuhan ekonomi cepat selama dekade terakhir. Dilihat dari turunnya angka kemiskinan meski memperparah ketidaksetaraan pendapatan.

Perjuangan panjang India untuk memberantas penggunaan manual membersihkan limbah masih terjadi. Hal itu juga dipersulit oleh pengaruh sistem kasta yang abadi. Pekerjaan seperti itu masih banyak dilakukan oleh Dalits, yang sebelumnya disebut warga "tak tersentuh".

Akademisi Assa Doron dan Robin Jeffrey dalam sebuah buku baru yang dirilis tahun ini mengungkapkan praktik-praktik berbasis kasta masih menghantui upaya India untuk mengatasi secara efektif limbah dari populasi urbanisasi yang besar. "Praktik-praktik itu menyulitkan kerja sama dan menumbuhkan perasaan bahwa membuang kotoran pekerjaan orang lain - bahkan sebab kelahiran," tulisnya dalam buku.

Aktivis terkemuka India Bezwada Wilson mengatakan India memiliki teknologi untuk meluncurkan satelit ke ruang angkasa dan misi ke bulan. "Tetapi kami tidak memiliki teknologi untuk membersihkan saluran pembuangan dan tangki septik hanya 10 atau 20 kaki ke bawah," kata dia yang telah menghabiskan bertahun-tahun mencoba untuk memberantas pemulung.

Wilson yang juga menjabat sebagai pemimpin organisasi Safai Karamchari Andolan atau Gerakan Sanitasi Pekerja, meminta Perdana Menteri Modi segera mengeluarkan komentar mengenai hal ini. "Lima orang tewas sekaligus, dan Anda (Modi) tidak menanggapi satu kata pun?" ujar Wilson.

Membersihkan saluran pembuangan dan septik tank biasa dilakukan oleh pria dengan mengenakan pakaian terbatas menggunkana pengikis logam dan tongkat. Meskipun begitu, beberapa kota di India sudah memulai proses mekanisasi menggunakan truk yang dilengkapai dengan teknologi ada penyemprot airnya dan juga alat-alat lain guna membersihkan limbah secara otomatis. Bulan depan, New Delhi akan memeroleh truk tersebut.

Ketika tenaga manusia dibutuhkan, harus ada orang-orang terlatih yang melakukan tugas-tugas yang mengancam jiwa ini. "Dilengkapi dengan berbagai pelindung semisal. Memang itu membutuhkan biaya besar, oleh karenanya, orang banyak yang mengambil jalan pintas," ujar salah satu anggota Pusat Sains dan Lingkungan New Delhi, Suresh Kumar Rohilla seperto dikutip laman The Washington Post.

Sementara, Jangra yang selamat dari insiden itu mengatakan, tidak pernah menerima pelatihan untuk pekerjaanya di tempat ia bernaung. DLF CApital Green memiliki dua tangki. Dua bulan lalu, tanki limbah mengeluarkan bau yang menyengat sehingga penduduk di lantai 19 menciumnya.

Pada Ahad pagi pekan lalu, seorang pengawas memerintahkan sekelompok pekerja muda turun ke dalam septic tank, meskipun sebelumnya para pekerja termasuk Jangra protes. Sebab, mereka tidak memakai perlengkapan keselamatan.

Jangra dan Pasi tinggal di lingkungan kumuh yang kerap disebut Nangloi, sebuah dunia yang jauh dari gerbang dan halaman rumput kompleks Capital Greens. Pada suatu malam baru-baru ini, terpal usang digantung di jalan untuk melindungi pelayat yang duduk di kursi plastik dari matahari dan hujan.

Pasi merupakan sumber penghasilan utama keluarga. Ayahnya, seorang ahli listrik, telah berhenti bekerja karena penyakit komplikasi dari diabetes, sementara saudara lelakinya, Angad Pasi (23 tahun) tengah mengejar gelar sarjana dengan harapan mendapatkan pekerjaan di pemerintahan.

Angad Pasi teringat bagaimana dia dan saudara lelakinya bermimpi untuk memulai bisnis bersama, dan bermimpi untuk membangun rumah yang layak untuknya dan keluarga yang tidak bocor saat hujan turun. "Lima orang meninggal. Ini bukan hal kecil, ini bukan sebuah kecelakaan. Ini pembunuhan," katanya seraya menutup wajah dan mengusap tangisannya.

Jangra dan Pasi bekerja di Unnati Engineering & Contractors, sebuah perusahaan yang menjalankan pabrik limbah. Unnati menerima kontrak dari JLL India, raksasa real estat global yang berkantor pusat di Chicago dan sebelumnya dikenal sebagai Jones Lang LaSalle.

"JLL, pada gilirannya, dipekerjakan untuk menjalankan seluruh properti untuk kami," kata juru bicara DLF, salah satu pengembang real estat terbesar di India.

"Kami sangat terkejut dan berbela sungkawa atas kejadian ini," ujar JLL dalam sebuah pernyataan. Sementara pihak Unnati tidak bersedia berkomentar.

Sementara itu, supervisor yang dipekerjakan oleh JLL telah ditangkap pihak kepolisiasn guna memberikan keterangan para pekerjanya, Wakil Komisaris Polisi Monika Bhardwaj mengatakan, akan lebih banyak penangkapan yang mengikuti ke depannya.

Wali Kota Delhi Utara Adesh Kumar Gupta mengatakan, otoritas saluran pembuangan kota dan pemerintah negara bagian Delhi bertanggung jawab untuk mengawasi pabrik perawatan. Wakil ketua otoritas selokan juga mengatakan, kepada media setempat bahwa perusahaan swasta tersebut berada di luar kendalinya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement