Rabu 26 Sep 2018 15:45 WIB

Erdogan: Nasib Pastor Andrew Branson di Tangan Pengadilan

Kasus Andrew Branson menyebabkan ketegangan hubungan Turki dan AS.

Rep: Lintar Satria/ Red: Nur Aini
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam Majelis Umum PBB, Selasa (25/9).
Foto: AP Photo/Richard Drew
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dalam Majelis Umum PBB, Selasa (25/9).

REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Presiden Turki Tayyep Erdogan mengatakan nasib pastor Amerika Andrew Branson ada di tangan pengadilan. Ia mengatakan nasib pastor yang menyebabkan ketegangan Turki-Amerika tersebut tidak ada di tangannya.

"Ini masalah peradilan, Brunson sudah ditahan atas tuduhan terorisme, pada 12 Oktober akan ada kesaksian lagi dan kami tidak tahu apa yang akan diputuskan pengadilan dan politisi tidak akan mengatakan apa-apa tentang pengadilan itu," kata Erdogan, di sela Sidang Umum PBB, Rabu (26/9).

Pada Senin (24/9) lalu, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo berharap Turki akan melepaskan Pastor Branson pada bulan ini. Pengkhotbah tersebut sudah dipindahkan ke tahanan rumah setelah berada di dalam tahanan selama 21 bulan.

Jika dinyatakan bersalah Brunson bisa dipenjara dengan kurungan maksimal 35 tahun. Dia membantah terlibat terorisme dan upaya kudeta Erdogan pada 2016 lalu.

"Sebagai presiden, saya tidak punya hak memberi perintah untuk membebaskannya, peradilan kami independen, jadi mari tunggu dan lihat apa yang pengadilan putuskan," kata Erdogan.

Presiden AS Donald Trump marah dengan penahanan Brunson. Ia pun mensahkan tarif impor alumunium dan baja dari Turki pada bulan Agustus lalu. Sementara Turki membalasnya dengan menaikkan bea masuk mobil, alkohol, dan tembakau dari AS.

Nilai mata uang Turki, yakni lira hilang 40 persen di hadapan dolar AS tahun ini. Hal itu membuat Turki mengalami krisis finansial pertama kalinya sejak Erdogan menjabat. Serangan ekonomi AS itu juga menyebabkan kerenggangan antara kedua negara.

"Kasus Brunson tidak ada hubungannya sama sekali dengan ekonomi Turki, tantangan ekonomi saat ini dibesar-besarkan dibandingkan yang semestinya dan Turki akan melalui tantangan ini dengan sumber daya kami sendiri," kata Erdogan.

Bank Sentral Turki menaikkan suku bunga acuan mereka 625 poin pada bulan ini, cukup mendorong nilai lira dan mungkin menurunkan kekhawatiran investor terhadap kebijakan moneter Erdogan. Tapi Erdogan mengatakan ia menentang keputusan Bank Sentral Turki tersebut.

"Ini menunjukan bank sentral independen, sebagai presiden, saya menentang menaikan suku bunga dan saya ulangi lagi pijakan saya itu di sini," kata Erdogan.

Erdogan menegaskan keputusan tersebut sepenuhnya milik bank sentral. Ia hanya bisa berharap dan berdoa keputusan tersebut sesuai dengan ekspektasi karena tingginya suku bunga acuan dapat meningkatkan inflansi.

Lira sedikit menguat pada Rabu (26/9) pagi. Penguatan itu setelah adanya pernyataan Erdogan tentang independensi bank sentral. Untuk memulihkan perekonomian negaranya Erdogan berencana akan terbang ke Jerman pada 28 September mendatang.

"Kami ingin sepenuhnya meninggalkan permasalahan masa lalu dibelakang dan menciptakan lingkungan yang hangat antara Turki dengan Jerman seperti sebelumnya," kata Erdogan.

Baca: Erdogan Bertemu Trump di Sela Pertemuan PBB

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement