REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta umat Islam untuk mengedepankan ukhuwah Islamiyah dan tidak menebar kebencian dalam menyambut Pilpres dan Pileg 2019.
"Diperlukan persatuan, kesatuan dan kebersamaan seluruh keluarga besar bangsa khususnya persatuan dan kesatuan umat Islam dengan mengedepankan ukhuwah Islamiyah, menahan diri dan tidak menebar kebencian, menjadikan Pemilu sebagai sarana beradab untuk mengatasi ketidakberadaban," kata Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI) HM Din Syamsuddin di Jakarta, Rabu (26/9).
Pasalnya dalam masa Pemilu, suhu politik di kalangan penyelenggara negara hingga akar rumput cenderung naik karena terpecahnya dukungan 'suara'.
Ia pun meminta masyarakat untuk mewaspadai adanya ancaman berupa merebaknya ideologi komunisme yang bertentangan dengan agama dan falsafah bangsa, Pancasila, akhir-akhir ini.
Selain itu paham liberalisme juga dinilainya telah masuk dalam berbagai aspek kehidupan. "Selain itu yang mengancam bangsa adalah liberalisme, paham kebebasan yang sangat bertentangan dengan agama. Begitu pula radikalisme yang ekstrim baik atas dasar paham keagamaan maupun kepentingan politik," katanya.
Terkait hal ini, ia menyayangkan adanya sikap pembiaran oleh penyelenggara negara baik di tingkat legislatif maupun eksekutif terhadap paham-paham yang mengkhawatirkan tersebut.
"Ancaman paling berbahaya adalah adanya deviasi, distorsi, dan disorientasi kehidupan nasional kita dari nilai-nilai dasar Pancasila dan UUD 1945 terutama dalam kehidupan sosial-politik, kehidupan sosial-ekonomi dan sosial-budaya," katanya.
Untuk itu pihaknya menyerukan umat Islam agar mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa, menghargai perbedaan pilihan politik serta tak mudah terprovokasi oleh banyaknya berita bohong yang kerap muncul di media sosial