Jumat 28 Sep 2018 19:03 WIB

Fakhri tak Mau Asuhannya Dihancurkan Sindrom Pemain Bintang

Padahal pesepak bola itu masih calon bintang, bukan bintang yang sesungguhnya.

Pelatih Timnas Indonesia U-16 Fakhri Husaini (kiri) memeluk pesepak bola Indonesia Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi (kanan) dan David Maulana (tengah) usai pertandingan Final Piala AFF U-16 melawan Thailand di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (11/8).
Foto: M Risyal Hidayat/Antara
Pelatih Timnas Indonesia U-16 Fakhri Husaini (kiri) memeluk pesepak bola Indonesia Amiruddin Bagas Kaffa Arrizqi (kanan) dan David Maulana (tengah) usai pertandingan Final Piala AFF U-16 melawan Thailand di Stadion Gelora Delta Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (11/8).

REPUBLIKA.CO.ID, SELANGOR -- Pelatih tim nasional (timnas) sepak bola U-16 Indonesia Fakhri Husaini tak ingin para pemainnya dihancurkan oleh sindrom bintang yang kerap hinggap dalam seseorang yang merasa dirinya terkenal dan berprestasi. Ia menganggap salah satu penyebab munculnya sindrom bintang itu adalah pujian yang berlebihan dari media kepada seseorang, dalam hal ini pesepak bola.

"Berkali-kali saya sampaikan itu ke pemain karena sudah banyak pesepak bola berbakat Indonesia hilang karena sindrom ini," ujar Fakhri di Selangor, Malaysia, Jumat (28/9).

Padahal, lanjut Fakhri, apa yang dicapai pemain itu sebenarnya belumlah seberapa. Sosok-sosok yang diangkat tinggi itu kemudian merasa dirinya yang terbaik. "Apa yang disampaikan media seperti melalui tulisan biasanya lebih hebat dibandingkan kenyataannya. Padahal pesepak bola itu masih calon bintang, bukan bintang yang sesungguhnya," jelas dia.

Ketika ditanyakan apakah timnas U-16 Indonesia sudah dirasuki sindrom bintang ini, Fakhri mengaku itu bisa saja sudah terjadi. Selain pemberitaan media, faktor media sosial menjadi salah satu sumber utama munculnya sindrom bintang.

"Saya tidak bisa membendung itu. Perhatikan saja, ketika mereka bermain bagus, pujian datang dari media sosial luar biasa. Namun, ketika berperforma buruk, mereka cepat pula kena hujat. Bagi pemain yang mentalnya kuat mengelola itu memang tak ada masalah, tetapi yang tidak? Ini memang sulit," kata Fakhri.

Salah satu cara yang dilakukan tim pelatih untuk menekan sindrom bintang di kalangan pemain timnas U-16 Indonesia adalah dengan menjalin komunikasi. Dalam hal ini, tim pelatih dibantu psikolog timnas U-16 Indonesia, Laksmiari Saraswati.

Selain itu, metode lain yakni mengendalikan penggunaan gawai di kalangan pemain. Waktu pemakaian gawai semakin dibatasi seiring semakin dekatnya pertandingan, bisa hanya setengah jam sehari. "Jujur saja, handphone itu musuh utama saya di tim ini," kata Fakhri.

Sementara itu, gelandang serang timnas U-16 Indonesia Rendy Juliansyah menegaskan dirinya tidak terkena sindrom bintang, meski dirinya memiliki pengikut (followers) lebih dari 636 ribu orang di akun media sosial Instagramnya.

"Saya tidak merasa kena sindrom bintang. Saya fokus ke latihan dan mendengarkan instruksi pelatih. Apapun komentar warganet, bagi saya itu penilaian masing-masing. Jadi saya mencoba untuk mengerti saja," kata Rendy.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement