REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan tak semua daerah rawan gempa berpotensi terjadi likuifaksi atau pencairan tanah. Kepala Badan Geologi Rudy Suhendar mengatakan, fenomena likuifaksi tak hanya bisa dipetakan berdasarkan kerawanan gempa di suatu wilayah.
Ia menjelaskan, fenomena likuifaksi disebabkan guncangan gempa yang terjadi di kontur tanah dengan ketebalan alluvium (tanah muda) tinggi. Namun, setiap wilayah memiliki ketebalan alluvium yang berbeda.
"Tergantung ketebalan alluvium itu. Ya seperti di Jakarta ini ada yang 30 cm, tetapi di Palu mencapai lebih dari 1 meter. Jadi tergantung sedimentasi dan proses geologinya," kata dia saat konferensi pers di Kementerian ESDM, Rabu (3/10).
Menurut dia, dampak yang diakibatkan fenomena likuifaksi akan sangat tergantung pada ketebalan lapisan alluvium dalam tanah dan skala guncangan yang terjadi. Karena itu, sulit untuk dilakukan pemetaan di seluruh wilayah Indonesia.