REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam Asbab an-Nuzul, dijelaskan mengenai diturunkannya surah At-Taubah [9] : 107-108 Disebutkan, di dekat masjid Quba ada sekelompok orang yang membangun masjid dengan tujuan pamer (riya’) dan mencari kebaikan (keuntungan) dalam urusan dunia.
Dia adalah Yakhdad, seseorang dari golongan Anshar. Ia berkata, ''Saya tidak bermaksud apa-apa kecuali mengharapkan kebaikan.'' Rasul SAW bersabda, ''Celakalah engkau Yakhdad, engkau bermaksud melakukan sesuatu yang aku pun tahu maksudnya.''
Dalam keterangan lain disebutkan, orang-orang munafik selalu sibuk menentang aktivitas orang-orang beriman. Qurthubi telah memberi keterangan yang rinci tentang seorang Pendeta Kristen yang dikenal sebagai Abu Amer.
''Dan (diantara orang-orang munafik itu) ada orang yang mendirikan masjid karena hendak menimbulkan kemudharatan (pada oang-orang mukmin) dan karena kekafiran (nya) begitu (pula) untuk memecah belah antara orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka sesungguhnya bersumpah: ''Kami tidak menghendaki selain kebaikan.'' Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu shalat dalam masjid itu selama-lamanya, sesunguhnya masjid yang didirikan atas dasar takwa (masjid Quba) sejak hari pertama adalah lebih patut kamu shalat di dalamnya. Di dalam masjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan Allah menyukai orang-orang yang bersih.'' (QS At-Taubah [9]: 107-108).
Ia menemui Nabi SAW di Madinah dan tidak puas dengan prinsip Islam. Sebagai konsekwensinya, ia menantang Nabi SAW dan berkata, ''Siapapun yang berdusta diantara kita akan mati jauh sekali dari kawan-kawan dan familinya.''
Ia juga bersumpah untuk membantu setiap musuh Islam. Ia bergabung dengan musuh Islam pada semua peperangan sampai pada Peperangan Hunain. Akhirnya ia kecewa dan melarikan diri ke Syria, yang menjadi pusat kegiatan Kristen pada waktu itu. Ia mati di Syria yang jauh sekali dari kawan-kawan dan familinya.
Abu Amer membuat persekongkolan melawan kaum Muslim selama ia berada di Syria. Ia meminta raja Kerajaan Romawi untuk menyerbu Madinah. Ia juga menulis sebuah surat kepada orang munafik Madinah untuk membangun Masjid sebagai gerbang untuk melawan kaum Muslim.
Ia berkata, ''Gunakan Masjid ini untuk persatuan. Kamu harus memberi bantuan kepada kaisar Roma ketika menyerang Madinah.''
Karenanya sembilan orang munafik membangun sebuah Masjid dekat sekali dengan Masjid Quba. Mereka mengklaim bahwa itu untuk memudahkan orang tua dan orang sakit shalat dan juga untuk mengurangi kepadatan di Masjid Quba. Mereka juga meminta Nabi SAW untuk melakukan shalat di dalam Masjid ini untuk mendapatkan kepercayaan.
Nabi SAW mengatakan, ''Aku sekarang sangat sibuk melakukan persiapan untuk Peperangan Tabuk. Sekembaliku akan kupenuhi harapanmu.'' (Diriwayatkan oleh Ibnu Marduwih yang bersumber dari Ibnu Abbas).
Ketika kembali dari Peperangan Tabuk, Allah memberitahukan kepada Nabi SAW tentang rencana kotor dari orang-orang munafik tersebut. Karenanya Nabi SAW mengirim beberapa orang Sahabat untuk menghancurkan dan membakar Masjid itu yang disebut Masjid Dhirar.
''Maka apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar takwa kepada Allah dan keridhaan (Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan dia ke dalam neraka Jahannam? Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang zalim. Bangunan-bangunan yang mereka dirikan itu senantiasa menjadi pangkal keraguan dalam hati mereka, kecuali bila hati mereka itu telah hancur. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.'' (QS At-Taubah [9] ayat 1097-110).
Menurut beberapa sumber, masjid yang dibakar itu adalah masjid Dhirar (kemudharatan). Dalam riwayat lain, masjid itu adalah masjid Nifaq (milik orang-orang munafik).