REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Presiden Joko Widodo kembali menyampaikan pidato yang 'tak biasa' di hadapan forum internasional. Setelah menyebut perumpamaan 'Thanos' dalam film Avengers: Infinity War dalam World Economy Forum on ASEAN di Vietnam pada September lalu, Jokowi kembali mengambil analogi dari sebuah film dalam pidato teranyarnya.
Di hadapan para pejabat negara yang hadir dalam Plennary Meeting, IMF-World Bank Annual Meeting, di Nusa Dua Bali kali ini, Jokowi mencuplik perumpamaan film seri yang terkenal: Game of Thrones. Jokowi sengaja mengambil perumpamaan dari serial karya David Benioff dan DB Weiss tersebut untuk memberi gambaran tentang kondisi dinamika ekonomi dunia saat ini.
Jokowi mengutip perkataan Managing Director IMF Christine Lagarde yang menyebut bahwa perekonomian dunia saat ini dibayangi ketidakpastian. Di satu sisi, Amerika Serikat (AS) menikmati pertumbuhan yang pesat. Namun di sisi lain, pertumbuhan ekonomi di banyak negara justru lemah dan tidak stabil.
Jokowi juga menyinggung bahwa perang dagang terjadi semakin marak dan inovasi teknologi membuat banyak negara terguncang. Artinya, negara yang mengalami pertumbuhan tetap mengemban tekanan pasar yang cukup besar.
"Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa: Winter is Coming," ujar Jokowi di Nusa Dua, Bali, Jumat (12/10).
Sebagai informasi, Winter is Coming adalah episode pertama dari musim pertama serial Game of Thrones. Secara umum, serial ini mengisahkan konflik beberapa klan keluarga yang berebut kekuasaan.
Jokowi kemudian melanjutkan pidatonya dengan mengingatkan posisi negara berkembang. Menurutnya, negara maju sebelumnya mendorong negara berkembang untuk lebih terbuka.
"Namun akhir-akhir ini, hubungan antarnegara ekonomi maju semakin lama semakin terlihat seperti Game of Thrones, balance of power, dan Aliansi negara ekonomi maju sepertinya tengah mengalami keretakan," ujar Jokowi dalam pidatonya.
Menurutnya, lemahnya kerja sama dan koordinasi telah menyebabkan terjadinya banyak masalah. Sejumlah masalah yang muncul di permukaan seperti peningkatan harga minyak mentah dan kekacauan di pasar mata uang yang dialami negara berkembang. Artinya, kompetisi yang terjadi di antara negara maju mau tak mau berimbas ke negara berkembang.
"Dalam Game of Thrones, sejumlah Great Houses, Great Families bertarung satu sama lain untuk mengambil alih kendali.. The Iron Throne," ujar Jokowi.
Jokowi kembali melanjutkan, Mother of Dragon yang ada dalam serial tersebut menggambarkan siklus kehidupan. Sementara perebutan kekuasaan antar-Great Houses bagaikan roda besar yang berputar. Artinya, ketika satu Great House tengah berjaya, maka yang lainnya mengalami kesulitan. Setelahnya, House yang lain menyusul berjaya, tapi dengan menjatuhkan lainnya.
"Namun mereka lupa, saat mereka sibuk bertarung, mereka tidak sadar ada ancaman dari utara. Seorang Evil Winter yang ingin merusak dan menyelimuti dunia dengan es dan kehancuran," katanya.
Pesan Jokowi dalam pidatonya ini sebetulnya jelas. Jokowi mencoba menyampaikan kondisi perekonomian global yang sedang diwarnai perang dagang antarnegara maju. Kondisi ini berimbas pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Jokowi mencoba menyerukan sebuah fokus bersama untuk menuju ekonomi yang stabil.
"Dengan adanyan ancaman Evil Winter, akhirnya mereka sadar kalau tak penting siapa yang duduki Iron Throne. Yang penting adalah kekuatan bersama untuk kalahkan Evil Winter. Agar dunia tidak berubah menjadi tanah tandus yang sengsarakan kita semua," jelas Jokowi.
Jokowi menutup pidatonya dengan sebuah pertanyaan bagi para pejabat penting perwakilan dari 189 negara yang hadir. "Apakah sekarang merupakan saat yang tepat untuk kompetisi, ataukah justru menjadi waktu yang tepat untuk kolaborasi?" kata Jokowi kemudian.
Jokowi menegaskan bahwa ada ancaman yang lebih besar yang bisa saja 'menyerang' negara manapun, negara kaya atau miskin. Jokowi juga menyinggung bahwa ancaman tersebut tak hanya melulu soal ekonomi, namun juga soal lingkungan, seperti perubahan iklim yang mau tak mau dihadapi bersama, tak memandang latar negara. Jokowi mengambil contoh, badai-badai besar yang semakin intens menyerang AS hingga Filipina.