Ahad 14 Oct 2018 04:45 WIB

Kata Ahli Soal Gempa dalam Waktu Berdekatan

Gempa Situbondo diperkirakan dari sesar yang belum teridentifikasi.

Rep: Mimi Kartika/ Red: Ratna Puspita
Warga memeriksa bagunan Madrasah yang ambruk akibat gempa di Desa Bula'an, Sumenep, Jawa Timur, Kamis (14/6).
Foto: Antara/Saiful Bahri
Warga memeriksa bagunan Madrasah yang ambruk akibat gempa di Desa Bula'an, Sumenep, Jawa Timur, Kamis (14/6).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan, wilayah Indonesia merupakan kawasan seismik aktif dan komplek. Ia menyebut, ada 295 sesar aktif yang teridentifikasi dan masih banyak sesar aktif belum teridentifikasi tersebar di seluruh Indonesia.

Daryono menjelaskan, gempa yang terjadi di beberapa wilayah Indonesia dengan selang waktu yang berdekatan bukan berarti gempa itu memicu gempa lain. Sebab, masing-masing sesar aktif itu memiliki akumulasi energi, fase kematangan, waktu rilis atau patah, dan sumber gempanya sendiri. 

Sehingga, kata dia, tidak bisa dikatakan kemudian gempa itu menjalar menimbulkan gempa di tempat lain. "Saking banyaknya ada yang bersamaan atau berdekatan waktunya tetapi bukan berarti gempa itu saling menjalar kemana-mana," ujar Daryono saat dihubungi Republika.co.id, Sabtu (13/10).

Pakar Gempa Jaya Murjaya mengatakan, sulit menyatakan bahwa sesar lain akan terpicu sesar yang sudah aktif atau menimbulkan gempa sebelumnya. Jadi, menurut dia, gempa yang terjadi dengan waktu yang berdekatan tidak berarti gempa itu memicu gempa lain. 

"Namanya kalau begitu kita sudah bisa meramal gempa, ramalan itu belum bisa. Jadi belum bisa kita mengatakan akan terpicu atau enggak," kata Jaya.

Sementara, gempa berkekuatan magnitudo 6,3 yang terjadi terjadi di Situbondo, Kamis (11/10) pukul 01.44 WIB diperkirakan dari sesar yang belum teridentifikasi. Para ahli mengatakan, gempa Situbondo memiliki keterkaitan dengan pergeseran sesar naik Flores yang menyebabkan gempa di NTB beberapa waktu lalu.

Jaya juga memperkirakan ada sambungan menerus ke back arc thrust Flores tersebut. Akan tetapi, ia mengatakan hal itu belum bisa dipastikan dan perlu kajian lebih lanjut. 

Sebab, menurut dia, sesar naik Flores disinyalir baru sampai Lombok. "Dugaan menyambung ke arah baratnya Bali dan Jawa Timur itu masih belum cukup data untuk membuktikan itu. Jadi anggap saja itu adalah satu kelompok patahan yang belum terpetakan, belum didentifikasi," jelas Jaya.

Sebelumnya, Daryono juga menilai gempa Situbondo memiliki kemiripan pola dan jenis getar dari gempa di NTB. "Kalau ini ada sebuah kemiripan dengan pola sumber gempa yang mirip dengan gempa-gempa yang terjadi di Sesar Flores lombok. Ini tampak dari gitarnya dan mekanisme bahwa ada kemiripan dengab sesar Flores," kata dia pada Kamis (11/10) lalu.

Menurutnya, getaran gempa Situbondo juga mencakup wilayah yang cukup luas. Itu karena gempa yang berada di 61 km timur laut Situbondo merupakan gempa yang dangkal.

“Magnitudo 6,4 itu gempa kuat, 12 km itu dangkal sehingga akan dirasakan pada tempat-tempat yang jauh seperti Surabaya, Mataram, NTB itu kuat sehingga dirasakan yang jauh. Di Bali juga dirasakan, ini spektrum getarnya cukup luas karena cukup signifikan," kata Daryono. 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement