REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang laki-laki saleh dari kalangan Bani Israil dipilih oleh kaumnya sebagai raja. Namun, dia takut menerima amanah tersebut sehingga kabur dari negerinya menuju sebuah tempat yang jauh.
Di sana dia hidup terasing. Dia makan dari hasil keringat sendiri dan beribadah kepada Tuhannya. Rasulullah menceritakan, laki-laki ini beribadah kepada Allah di Masjid al- Aqsha Palestina.
Tak ada yang mengetahui alasan dia memilih al-Aqsha sebagai tempat tinggalnya. Bisa jadi dia tinggal di sana hanya sementara untuk menghabiskan malam beribadah. Atau dia membangun tempat tinggal tepat di Baitul Maqdis.
Namun, berdiam diri di dalam masjid merupakan sebuah tanda bahwa dia tetap dalam ketakwaan. Rasulullah menceritakan, raja ini pada suatu hari merenungi keadaannya saat dia sedang beribadah kepada Allah.
Pada suatu malam yang tenang dia shalat. Rembulan menaungi Baitul Maqdis dengan sinarnya. Laki-laki ini memikirkan dirinya dan tugas yang dipikulnya.
Dia berpikir tentang tempat kembalinya ketika Tuhan bertanya kepadanya tentang hari-hari berkuasa, sejauh mana berpegang kepada syariat. Dia melihat perilakunya pada waktu memegang kekuasaan, sepertinya kalau memilih menjadi penguasa, jalan yang ditempuh menjadi kurang baik.
Lelaki ini juga melarikan diri ke tempat lain, tinggal bersama suatu kaum yang bekerja mencetak batu bata. Dia bergabung dengan mereka, bekerja seperti mereka, dan mendapatkan upah.
Dia makan dari hasil keringatnya sendiri. Jika waktu shalat tiba, dia meninggalkan pekerjaannya. Pekerja baru yang bergabung dengan lainnya adalah contoh tersendiri.
Dia bersungguh-sungguh dalam bekerja, teguh beragama, dan menjaga hal-hal yang diwajibkan oleh Allah.