REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama di Madinah, Abdullah bin Salam dikenal sebagai sosok yang luas pengetahuannya. Setelah mendalami Taurat, sebagai seorang Muslim kini dia mempelajari Alquran.
Bacaannya bagus sekali sehingga orang-orang memujinya. Tempatnya berkhidmat bukan lagi kuil Yahudi, melainkan masjid dan majelis-majelis Rasulullah. Kaum Muslim senang mendengarkan Abdullah bin Salam mengaji.
Suatu ketika, Abdullah bin Salam mengalami mimpi yang tidak biasa. Dalam mimpinya, Abdullah dijumpai oleh seorang laki-laki yang menuntunnya ke sebuah tempat asing. Kemudian, Abdullah dihadapkan pada sebuah persimpangan jalan di sebelah kirinya. Maka, ia bertanya, Wahai, ke arah manakah jalan ini?
"Jangan turuti jalan itu. Itu bukan jalanmu, jawab orang yang menuntunnya itu. Tidak lama berselang, Abdullah menemukan jalan yang terang benderang di sebelah kanannya. Kemudian, orang tersebut berseru kepada Abdullah, Wahai, Abdullah. Lewatilah jalan itu!"
Abdullah bin Salam menapaki jalan yang bermandi cahaya itu. Ternyata, di kanan dan kirinya terdapat deretan pepohonan rindang yang hijau dan indah. Sampai di satu titik, sebuah tonggak terpancang kuat. Pangkalnya mencengkeram bumi, sedangkan pucuknya mencapai ujung langit. Di bagian atasnya, terdapat aula luas berlapiskan emas.
Panjatlah! perintah orang yang menuntun Abdullah.
"Aku tidak bisa," jawabnya.
Namun, dari belakang Abdullah bin Salam merasa mendapatkan dorongan. Kemudian, Abdullah berhasil menaiki tonggak tersebut hingga tiba di aula besar yang sangat indah itu. Abdullah merasa begitu berbahagia.