REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Program tanggap darurat pemulihan distribusi listrik yang dilakukan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) pasca gempa dan tsunami di Kota Palu, Sigi dan Donggala, sudah memasok daya listrik sebesar 101 Megawatt (MW) ke sistem kelistrikan Palu.
"Hingga hari ini, 15 Oktober 2018, daya mampu sistem kelistrikan Palu yang melayani pelanggan di Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong sudah mencapai 101 MW, sementara beban puncak baru 77,05 MW," kata Syamsul Huda, Direktur Bisnis Regional Sulawesi PT PLN yang dihubungi di Jakarta melalui telepon seluler dari Palu, Senin (15/10).
Daya mampu sistem kelistrikan Palu hampir sama dengan kondisi sebelum bencana yakni 125 MW. Ia menjelaskan bahwa sebagian besar daya listrik yang masuk ke sistem Palu saat ini bersumber dari pembangkit-pembangkit yang ada di Sulawesi Selatan karena sistem kelistrikan Sulteng dan Sulsel sudah terinterkoneksi.
Daya listrik dari Sulsel, kata Syamsul, bisa masuk ke sistem Palu setelah PT PLN berhasil memperbaiki tujuh gardu induk yang rusak, 45 penyulang, dan 1.950 gardu dalam waktu yang relatif singkat dengan mengerahkan sekitar 1.300 pegawai dan relawan dari berbagai kota di Tanah Air dengan bermacam-macam keahlian dan keterampilan.
Suplai daya dari sistem kelistrikan Sulsel ini diakui masih terjadi hambatan (bottle neck) di Gardu Induk Sidera karea travo IBT berkapasitas 24 MW yang berfungsi mengkonversi listrik dari sistem 150 KV ke sistem 70 KV masih rusak. Sehingga terpaksa menggunakan travo IBT bergerak berkekuatan 10 MW yang didatangkan dari Jatirangon, Jawa Barat.
"Travo IBT ini sedang dalam proses penggantian dengan yang baru yang ditargetkan selesai Desember 2018, sehingga kemampuannya akan lebih besar dari travo IBT sebelumnya," ujarnya.
Selain mengandalkan suplai listrik dari Sulsel, PLTD Silae Palu juga saat ini sudah berhasil dinormalkan kembali dan mampu memasok daya sebesar 11,2 MW ditopang PLTD Sabang, Kabupaten Donggala sebesar 4 MW. Ia mengakui bahwa saat ini masih ada 50-an gardu distribusi yang belum berhasil diperbaiki karena kondisinya rusak total dan lokasinya terpencil dengan akses transportasi yang masih sulit.
"Namun dalam pekan ini juga, gardu-gardu distribusi itu sudah akan kita nyalakan seluruhnya," kata Syamsul lagi.
Syamsul menyebutkan, suplai daya sebesar 101 MW itu dinilai memadai hingga Desember 2018 dengan perhitungan bahwa kebutuhan listrik hingga akhir tahun ini hanya sekitar 90 MW. Sebab pelanggan-pelanggan besar yang menyerap 28 MW belum akan beroperasi karena kerusakan berat pada aset-aset mereka.
Disamping itu, dari pelanggan-pelanggan rumah tangga yang mengalami kerusakan bangunan dengan menyerap daya 7 MW diperkirakan belum akan dihuni kembali. "Saat ini, Kota Palu dan sekitarnya bisa dikatakan terang benderang. Kalau pun masih ada titik-titik yang belum menyala, kami sudah isi dengan meminjamkan puluhan genset. Sedangkan lampu jalan yang belum menyala, itu karena jaringan kabel saja yang merupakan tanggung jawab pemerintah kota," ujar Syamsul lagi.