REPUBLIKA.CO.ID, LOMBOK -- Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menyelesaikan pembangunan duplikasi Jembatan Surabaya di Praya, Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pembangunan duplikasi jembatan tersebut akan memperlancar transportasi terutama angkutan barang logistik dari Mataram serta Kabupaten Lombok Barat menuju Lombok Tengah, Lombok Timur atau sebaliknya.
Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, pembangunan jembatan dengan total panjang 62 meter tersebut saat ini progres pengerjaannya telah mencapai 78 persen.
"Anggarannya sebesar Rp 31 miliar. Ditargetkan selesai akhir Desember 2018. Kita bangun jembatan duplikasi karena jembatan yang lama jalurnya berbelok. Dengan jembatan ini kita buat lurus dan lebih lebar," kata Basuki saat meninjau lokasi pekerjaan Jembatan Surabaya di Lombok, Rabu (17/10).
Basuki menambahkan, dengan dibangunnya jembatan tersebut maka akses masyarakat akan lebih mudah dan efisien. Dia menjamin, dengan adanya jembatan ini lalu lintas akan semakin lancar. "Jembatan ini berada di ruas jalan nasional dari Praya ke Mataram," ujarnya.
Kepala Balai Pelaksanaan Jalan Nasional IX Mataram Budiamin mengatakan, pekerjaan pembangunan duplikasi jembatan Surabaya terdiri dari dua paket, yakni Jembatan Surabaya sepanjang 40 meter dan Jembatan Kokok Desa sepanjang 22 meter yang keduanya hanya berjarak 500 meter.
"Pembangunannya dilakukan sejak Maret 2018 dengan panjang 40 meter dan lebar 14 meter untuk Jembatan Surabaya. Tujuannya, untuk memperlancar arus lalu lintas di dalam kota yang tadinya 1 lajur masing-masing arah menjadi 2 lajur. Selain itu untuk aspek keselamatan dengan meluruskan jalur yang tadinya banyak tikungan," ujar Budiamin.
Budiamin menambahkan, dengan terbangunnya duplikasi jembatan Surabaya juga menjadi jalan pintas dari Lombok Timur ke Lombok Tengah sehingga tidak perlu lagi memutar masuk kota Mataram. "Dari Bandara menuju ke Pelabuhan Kayangan di Lombok Timur langsung lewat jalur tersebut sehingga menghemat waktu menjadi 1 hingga 1,5 jam," tuturnya.
Budiamin menambahkan, pembangunan jembatan ini banyak menggunakan tenaga kerja setempat. Sementara, untuk kebutuhan tertentu mengandalkan teknisi khusus dari luar daerah. Konstruksi pekerjaan dilakukan oleh PT Selosari dan konsultan supervisi oleh PT Parama Karya Mandiri KSO PT Yodya Karya (Persero) dan PT Esti Yasagama.
Budiamin mengungkapkan, saat kejadian bencana gempa pekerjaan sempat terhenti sekitar 1 bulan karena hampir seluruh pekerja lokal menjadi korban bencana dan kembali ke rumah mengurus keluarganya. "Tetapi hal tersebut tidak menghambat target penyelesaian pembangunannya, begitu selesai tanggap darurat pekerjaan langsung dilanjutkan," tuturnya.