REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH -- Pemerintah Arab Saudi membantah keterlibatan putra mahkota Mohammed bin Salman (MBS) dalam pembunuhan wartawan Saudi, Jamal Khashoggi. Seorang pejabat Saudi yang akrab dengan penyelidikan mengatakan pada Jumat (19/10) MBS tidak mengetahui tentang operasi spesifik yang mengakibatkan kematian Khashoggi.
"Tidak ada perintah kepada mereka untuk membunuhnya atau bahkan secara khusus menculiknya," kata pejabat itu.
Ia menambahkan terdapat perintah membawa para pengkritik kerajaan kembali ke negara itu. "MBS tidak mengetahui tentang operasi khusus ini dan tentu saja tidak memerintahkan penculikan atau pembunuhan siapa pun. Dia akan menyadari instruksi umum untuk memberitahu orang-orang agar kembali," kata pejabat itu.
Pejabat itu mengatakan saat ini masih belum diketahui keberadaan jasad Khashoggi. Namun tidak ada tanda-tanda jasad Khashoggi berada di konsulat itu.
Arab Saudi telah mengakui Khashoggi tewas di konsulat Saudi di Istanbul akibat perkelahian. Akibatmya, 18 orang asal Saudi telah ditahan sebagai tersangka.
Pernyataan Saudi ini disampaikan setelah Khashoggi hilang pada 2 Oktober lalu. Penuntut umum Saudi mengatakan Kantor Penuntut Umum melakukan penyelidikan awal yang dilakukan terkait hilangnya Khashoggi. Hasilnya mengungkapkan, terjadi diskusi antara Khashoggi dan orang-orang yang bertemu dengannya selama berada di Konsulat Saudi di Istanbul.
Namun, penuntut umum menerangkan, diskusi itu berujung pada perkelahian dengan orang-orang yang berada di konsulat hingga menyebabkan kematiannya. "Semoga jiwanya beristirahat dalam damai,” kata pernyataan penuntut Saudi seperti dikutip laman Asssosiated Press, Sabtu (20/10).
Pernyataan Saudi tidak mengidentifikasi secara rinci dari 18 orang Saudi yang ditahan oleh pihak berwenang. Namun, Saudi membantah Khashoggi dimutilasi.