Ahad 21 Oct 2018 17:29 WIB

Trump Diduga di Bawah Ancaman Saudi

Trump diduga lembek dalam kasus Khashoggi karena butuh menyelamatkan dirinya.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Indira Rezkisari
Jurnalis melakukan aksi solidaritas bagi wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta, Jumat (19/10/2018).
Foto: Antara/Sigid Kurniawan
Jurnalis melakukan aksi solidaritas bagi wartawan Arab Saudi Jamal Khashoggi di depan Kedutaan Besar Arab Saudi, Jakarta, Jumat (19/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Seorang whistleblower Pemerintah Saudi, Mujtahid, yang diyakini menjadi anggota atau memiliki sumber terhubung dengan keluarga kerajaan, menduga Putra Mahkota Muhammad bin Salman (MBS) menjadi tersangka utama atas pembunuhan jurnalis Saudi, Jamal Khashoggi. MBS juga disebut mengancam Presiden AS Donald Trump untuk tidak mengungkap rahasianya.

 

Seperti dilansir dari Kantor Berita Iran, Fars News Agency, MBS mengancam akan membuka rincian bantuan kepada Trump selama kampanye dan pemilihan presiden di AS. Itu sebabnya, Trump memilih melunak dan mengamini pernyataan Penuntut Umum Saudi bahwa Khashoggi tewas akibat perkelahian di dalam gedung Konsulat Saudi di Turki.

 

"Rumor bahwa Trump ingin memusnahkan Arab Saudi tidak berdasar. Pada kenyataannya Trump ingin menyelamatkan dirinya dari skandal yang telah diperingatkan oleh bin Salmanjika Trump menghentikan dukungan untuk Riyadh dalam kasus Khashoggi," kata Mujtahid seperti dikutip, Ahad (21/10.

 

"Bin Salman mengancam akan mengungkapkan rincian bantuannya kepada lembaga Trump selama kampanye dan setelah pemilihan," ujar Mujtahid menambahkan.

 

Pemerintah AS banyak dikritik karena reaksi yang lembek atas pembunuhan Jamal Khashoggi yang juga menjadi penduduk AS. Duta Besar Iran untuk Jepang, Morteza Rahmani Movahed  mengatakan, wajar bila Arab Saudi dituduh membunuh Khashoggi di Konsulatnya di Turki. Arab Saudi adalah negara yang memperlengkapi dan mendukung kelompok teroris untuk membom wanita sipil dan anak-anak di Yaman tetapi selalu populer di pemerintahan AS.

 

Mengutip Aljazeera (21/10), Parlemen Amerika Serikat (AS) menolak klaim Penuntut Umum Saudi bahwa Kashoggi meninggal di Konsulat karena cekcok dan berkelahi. Banyak legislator AS yang tidak menerima penjelasan Arab Saudi.

 

Parlemen dilaporkan akan melakukan tindakan meskipun Presiden AS, Donald Trump, mengamini pernyataan Saudi. Pada Pemilu Kongres yang akan datang, para anggota parlemen AS akan ‘berteriak’ untuk meminta pemerintah AS agar  menanggapi suara parlemen.

 

Namun, jika Presiden Trump tidak memberikan respons sama sekali, parlemen akan tetap menempuh suatu langkah dalam mengusut kasus Khashoggi.

 

Khashoggi menghilang dari konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober lalu. Ankara mengatakan bahwa mereka memiliki bukti yang jelas bahwa Khashogi dibunuh di dalam gedung oleh 15 agen Saudi.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement