Senin 22 Oct 2018 19:28 WIB

JK: Pemerintah tidak akan Impor Beras Sampai Akhir Tahun

Stok beras Bulog dinilai mencukupi.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Jusuf Kalla
Foto: AP/Olivier Matthys
Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla memastikan, pemerintah tidak akan mengimpor beras sampai akhir tahun. Sebab, stok beras di Bulog saat ini mencapai 2,2 juta ton dan harga beras stabil.

Jusuf Kalla menjelaskan, impor beras berlaku apabila stok beras di Bulog berada di bawah satu juta ton dan harga rata-rata beras berada di atas 10 persen dari harga patokan. Jusuf Kalla menilai saat ini stok dan harga beras di Bulog masih stabil.

"Sekarang syarat itu tidak memenuhi, (stok beras) 2 juta (ton) itu bagus, kemudian harga juga lebih stabil, tidak akan impor," ujar Jusuf Kalla dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Senin (22/10).

Adapun sejak tiga tahun lalu, kata dia, pemerintah telah berupaya secara konkret untuk memperbaiki metodologi perhitungan produksi beras. Upaya penyempurnaan itu dilakukan untuk memperbaiki kesalahan perhitungan produksi beras, yang diduga sudah terjadi sejak 1997. Terkait dengan penyempurnaan metode perhitungan produksi beras ini, wakil presiden memimpin rapat koordinasi lintas kementerian dan lembaga.

Penyempurnaan metode perhitungan produksi beras dilakukan secara komprehensif untuk seluruh tahapan. Hal itu mulai dari perhitungan luas lahan baku sawah nasional, perhitungan luas panen, perhitungan produktivitas per hektare, dan perhitungan konversi gabah kering menjadi beras. Metode perhitungan produksi beras ini dilakukan oleh lintas kementerian/lembaga seperti Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Badan Informasi Geospasial, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Badan Pusat Statistik (BPS), dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Kementarian Agraria dan Tata Ruang telah memperbarui luas lahan baku sawah. Pada 2013 luas lahan baku sawah sebesar 7,75 juta hektar, sedangkan pada 2018 berdasarkan hasil verifikasi, luas lahan baku sawah sebesar 7,1 juta hektare. Artinya, selama lima tahun terakhir terjadi penurunan sebesar 635 ribu hektare.

Data tersebut menjadi dasar perhitungan untuk mengestimasi angka produksi dengan menggunakan Metode Kerangka Sampel Area (KSA). Dengan metode tersebut, maka luas panen padi pada tahun 2018 diperkirakan 10,9 juta hektare.

Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko mengatakan, stok beras Bulog digunakan sebagai cadangan nasional. Cadangan beras Bulog ini digunakan apabila terjadi gagal panen, sehingga mempengaruhi produktivitas dan perhitungan produksi beras. Oleh karena itu, impor beras sebetulnya digunakan sebagai cadangan apabila terjadi kekurangan produktivitas.

"Ada beberapa faktor yang mempengaruhi produktivitas, di antaranya hama, cuaca, pasti berpengaruh terhadap perhitungan, jadi kenapa kita masih impor, rasionalitasnya disitu," kata Moeldoko.

Baca: BPS: Luas Lahan Sawah Menyusut

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement