Kamis 25 Oct 2018 04:54 WIB

Respons Prabowo-Sandi Soal Survei tak Menguntungkan

BPN tak terlalu peduli dengan elektabilitas yang dikeluarkan oleh lembaga survei.

Rep: Ronggo Astungkoro, Dedy Darmawan Nasution, Rizkyan Adiyudha, Febrianto Adi Saputro, Bayu Adji Prihammanda/ Red: Ratna Puspita
Seorang partisipan membentangkan baliho pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat peresmian rumah pemenangan di Surabaya, Jawa TImur, Senin (22/10/2018).
Foto: Antara/Zabur Karuru
Seorang partisipan membentangkan baliho pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno saat peresmian rumah pemenangan di Surabaya, Jawa TImur, Senin (22/10/2018).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dua lembaga survei, yakni Lingkaran Survei Indonesia atau lebih dikenal dengan LSI Denny JA dan Public Opinion & Policy Research (Populi) Center, mengumumkan hasil survei terkait Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019 awal pekan ini. Hasil survei itu tidak menggembirakan bagi pasangan calon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. 

Pada pengumuman hasil survei, Selasa (23/10), LSI Denny JA menyatakan kasus hoaks Ratna Sarumpaet memengaruhi elektoral dua pasangan calon dengan cara berbeda. Bagi Joko Widodo-Ma’ruf Amin, sentimennya positif. Namun, bagi Prabowo-Sandi, sentimennya negatif.

Baca Juga

Peneliti senior LSI Denny JA Ikram Masloman mengatakan suara pemilih yang pada survei sebelumnya belum menentukan pilihan atau undecided voters kini lebih banyak yang mendukung Jokowi-Ma’ruf. 

Ikram menjelaskan, 25 persen responden menyatakan bahwa kasus hoaks itu membuat mereka lebih mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin. Sementara sebesar 17,9 responden menyatakan kasus ini membuat mereka lebih tidak mendukung Prabowo-Sandi. 

“Efek negatif yang lebih besar terjadi pada dukungan Prabowo disebabkan Ratna adalah salah satu anggota Tim Kampanye Nasional Prabowo dan diperkuat dengan adanya konferensi pers Prabowo-Sandi dalam merespons berita hoaks Ratna," ujarnya.

photo
Elektabilitas Joko Widodo dan KH Ma'ruf Amin masih unggul berdasarkan survei beberapa lembaga.

Survei yang sama juga menyatakan elektabilitas pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin masih unggul dari Prabowo-Sandi. Keterpilihan Jokowi-Ma’ruf 57,7 persen, sedangkan Prabowo-Sandi 28,6 persen, dan responden yang belum menentukan atau tidak menjawab sebesar 13,7 persen.

Hasil survei LSI Denny JA juga mneyatakan elektabilitas Prabowo-Sandi cenderung stagnan dibandingkan hasil survei sebelumnya. "Tren (dukungan) Jokowi-Ma'ruf Amin meningkat, sementara Prabowo-Sandu stagnan," ungkap peneliti senior LSI Denny JA, Ikram Masloman, dalam pemaparannya di kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Selasa (23/10).

Elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin pada Oktober 2018 sebesar 57,7 persen meningkat 4,5 persen dibandingkan bulan lalu, yakni 53,2 persen. Pada Agustus 2018, elektabilitas mereka sebesar 52,2 persen. Setiap bulannya elektabilitas pasangan nomor urut 01 ini mengalami peningkatan.

Untuk pasangan nomor urut 02, Prabowo-Sandi, elektabilitas mereka dalam tiga bulan terakhir cenderung stagnan atau tidak bergerak begitu jauh. Pada Agustus 2018, elektabilitas mereka sebesar 29,5 persen. Pada September 2018, elektabilitas mereka menjadi 29,2 persen. Hasil survei terbaru, Oktober 2018, elektabilitas mereka menjadi 28,2 persen.

Untuk hasil survei ini, LSI Denny JA melakukan pengumpulan data pada 10-19 Oktober 2018 menggunakan metode pengambilan sampel acak bertingkat (multistage random sampling) terhadap 1.200 responden. Mereka diwawancara secara langsung menggunakan kuisioner. Margin of error hasil survei ini sebesar kurang lebih 2,8 persen.

Survei Populi Center

Hasil survei Populi Center pada Oktober 2018 juga menunjukan elektabilitas Prabowo-Sandi masih tertinggal dibandingkan Jokowi-Ma’ruf. Keterpilihan Prabowo-Sandi 30,9 persen, sedangkan Jokowi-Ma’ruf 56,2 persen. 

Elektoral kedua pasangan sebenarnya mengalami kenaikan dibandingkan survei sebelumnya pada Agustus lalu, yakni Prabowo-Sandi 30,2 persen dan Jokowi-Ma’ruf 55,1 persen. "Kenaikan ini tidak signifikan masih dalam margin of error 2,5 persen," kata peneliti Populi Center Dimas Ramadhan, Rabu (24/10).

Sementara responden yang tidak menjawab atau tidak tahu sebesar 12,8 persen. Angka itu turun dari hasil survei pada bulan Agustus sebesar 14,6 persen.

Berbeda dari survei LSI Denny JA, menurut Dimas, belum ada pergerakan yang signifikan dari kedua pasangan dalam mendongkrak elektabilitas. Belum ada suatu peristiwa yang siginifikan dalam memengaruhi elektabilitas mereka.

Hasil survei itu juga menyatakan Prabowo dipersepsi sebagai orang yang tegas, sedangkan Sandiaga sebagai pengusaha. Lawannya, yakni Jokowi dianggap sosok merakyat sedangkan Kiai Ma’ruf selaku ulama besar. 

Direktur Eksekutif Populi Center Usep Saiful Ahyar juga memberikan analisanya berdasarkan hasil survei. Ia mengkritik Prabowo-Sandi yang mengandalkan sosok Sandiaga. 

Namun, ia mengatakan, hal yang ditonjolkan dari Sandi hanya sosoknya sebagai generasi muda, berwajah ganteng, dan shaleh. Padahal, menurut Usep, masyarakat perlu mengetahui lebih jelas program dan gagasan yang diusung Prabowo-Sandi secara jelas dan gamblang. 

“Citra seperi itu hanya di permukaan saja, yang lebih penting nanti kalau terpilih mau berbuat apa? Jangan-jangan sama saja atau lebih buruk?” Kata Usep saat dihubungi, Rabu (24/10).

Efek ekor jas untuk Parpol

photo
Kiai Ma'ruf, Jokowi, Prabowo, dan Sandiaga. (Antara)

Selain elektoral capres, Populi juga memaparkan hasil survei partai politik. Hasilnya tidak menggembirakan bagi kubu Prabowo-Sandi.

Hasil survei Populi menempatkan PDIP sebagai partai teratas. Hasil survei juga menyatakan elektabilitas Partai Gerindra, PKB, Partai Golkar, dan Partai Nasdem sebagai kendaraan politik di atas empat persen. 

Artinya, empat partai koalisi pendukung calon presiden dan wakil presiden Joko Widodo-Ma'ruf Amin masuk dalam lima partai dengam elektoral tertinggi. Sebaliknya, partai koalisi Gerindra hanya bercokol dengan tingkat elektoral di bawah tiga persen.

Elektabilitas Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) masing-masing sebesar tiga persen per Oktober 2018. Angka itu bagi Demokrat turun 1,1 persen dibandingkan survei Agustus 2018, sedangkan bagi PKS turun 0,6 persen. 

Usep mengatakan partai politik yang mendapatkan efek ekor jas (coat-tail effect) lebih banyak adalah partai pengusung utama. “Diasosiasikan kepada tokoh tersebut. Misalnya, Jokowi asosiakan ke PDIP, Ma'ruf Amin ke PKB. Prabowo dan Sandi ke Gerindra, partai lainnya enggak signifikan," kata dia. 

Survei tersebut dilakukan di 34 provinsi pada tanggal 23 September hingga 1 Oktober 2018. Survei ini melibatkan 1.470 responden dengan proporsi gender, laki-laki dan perempuan masing-masing 50 persen.

Baca Juga: 

Besok bisa berubah

Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Faldo Maldini, tak khawatir melihat elektabilitas pasangan nomor urut 02 menurun berdasarkan hasil survei terbaru. Menurut dia, hasil survei hanya menunjukkan kondisi saat penelitian dilakukan.

Ia mengatakan, elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden selalu berubah cepat, bahkan dalam hitungan hari. "Survei itu kondisi hari ini. Besok kan masih bisa berubah, apalagi besok lusa, kita belum tahu," kata dia ketika dihubungi Republika.co.id, Rabu (24/10).

Faldo menjelaskan, sejak awal elektabilitas pasangan Prabowo-Sandiaga memang dalam posisi yang tidak diunggulkan oleh lembaga survei. Karena itu, BPN tak terlalu peduli dengan elektabilitas yang dikeluarkan oleh lembaga survei untuk pasangan penanantang itu.

Ia menegaskan, yang terpenting untuk saat ini adalah masyarakat mengetahui bahwa Pemilihan Umum akan dilaksanakan pada 2019. "Biar makin dinamis diskusinya untuk mereferendum pejawat, mau dilanjut atau tidak," ujar dia.

Baca Juga: Ratna Sarumpaet Urung Diperiksa Bawaslu karena Sakit

Sementara Sandiaga mengatakan hasil survei internal menyatakan elektabilitas Prabowo-Sandiaga terus mengejar Jokowi-Ma’ruf. “Survei kami internal dan tak pernah kami publikasikan, karena ini bagian dari strategi, menunjukan kami mengejar," kata Sandiaga di Media Center Prabowo-Sandi, Jakarta Selatan, Selasa.

Sandiaga pun percaya dengan survei internal dibandingkan survei yang dilakukan LSI Denny JA. Sebab, ia menganggap, survei internal ini lebih andal dibandingkan yang dilakukan oleh lembaga survei pada Pilkada Serentak lalu.

“Saya tidak mau membanding-bandingkan. Saya terima kasih kepada LSI, tetapi data kami tidak menunjukan seperti itu," kata Sandiaga.

Lain lagi dengan Prabowo yang tampak tidak tertarik menanggapi hasil survei soal elektabilitasnya. Ia menyatakan Denny JA bukan Tuhan dan siapapun bisa membuat survei.

Ia menambahkan survei itu tergantung siapa yang membayar. "Kenapa survei Denny JA, Denny JA itu apa? Tuhan? Bukan kan?, Nanti saya juga bisa bikin survei," katanya usai menghadiri deklarasi Gerakan Emas di Stadion Klender, Jakarta, Rabu (24/10). 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement