REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Setelah sempat dikuasai pasukan tentara Muslim pada 649 H di era kepemimpinan Khalifah Usman bin Affan--Siprus kembali berada dalam genggaman peradaban Islam pada 1570 M. Kesultanan Turki Usmani mengerahkan sekitar 60 ribu pasukannya untuk merebut pulau itu.
Kesultanan Ottoman memerintah wilayah Siprus dengan menerapkan hukum Islam, sehingga sistem feodal yang telah berkembang di wilayah itu dihapuskan. Meski begitu, sistem pemerintahan yang mengatur Siprus di era Ottoman amat bergantung pada penguasanya.
Berkuasanya Turki Usmani di Siprus mendapat perlawanan dari kalangan etnis Yunani dan Turki Siprus. Pada 1872, jumlah penduduk Pulau Siprus mencapai 144 ribu jiwa – terdiri atas 44 ribu Muslim dan 100 ribu Kristen. Di era kekuasaan Turki Usmani, banyak orang-orang Turki bermigrasi dan menetap di Siprus.
Gelombang kedatangan orang-orang Turki ke Siprus terjadi pada 1572-1878. Kesultanan Ottoman memberikan lahan bagi para tentaranya yang bekerja di Siprus. Sehingga, para tentara itu mendatangkan keluarga ke Siprus dan menetap di sana.
Pada abad ke-17 M, populasi etnis Turki di Siprus terbilang melonjak. Pada 1974 komunitas Muslim di Siprus mencapai 18 persen dari total populasi. Umat Islam di wilayah itu tercatat sebanyak 264.172 ribu. Komunitas Muslim di Siprus beraliran Suni dan sebagian adalah pengikut tarekat Naqshabandi-Haqqani.
Di Republik Siprus tersebar sejumlah tempat bersejarah peninggalan peradaban Islam. Yang tertua adalah makam wanita salehah Ummu Haram yang juga sahabat dan bibi Rasulul
Selain itu, di Siprus juga terdapat Masjid Arabahmet di Nicosia yang dibangun pada abad ke-16 M, Masjid Ummu Haram di Larnaca yang dibangun pada abad ke-18 M, serta Masjid Lala Mustafa Pasha Mosque, Masjid Selimiye, Masjid Haydarpasha.