REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Badan Pusat Statistika Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim) memaparkan hasil pemantauan terhadap perubahan harga selama Oktober 2018 di 8 kota di Jawa Timur. Hasil menunjukkan adanya kenaikan harga di sebagian besar komoditas yang dipantau. Hal ini mendorong terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 0,19 persen, dari 132,41 pada bulan September 2018 menjadi 132,65 pada bulan Oktober 2018.
"Inflasi Oktober 2018 ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan yang sama tahun sebelumnya. Dimana pada Oktober 2017 mengalami inflasi sebesar 0,02 persen," kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono di kantornya, jalan Kendangsari, Surabaya, Kamis (1/11).
Teguh mengungkapkan, dari tujuh kelompok pengeluaran yang dipantau, enam kelompok mengalami inflasi, dan hanya satu kelompok yang mengalami deflasi. Inflasi tertinggi adalah kelompok Sandang sebesar 0,56 persen; diikuti kelompok Transpor, Komunikasi, dan Jasa Keuangan sebesar 0,42 persen; serta kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas, dan Bahan Bakar 0,23 persen.
Selanjutnya, kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau sebesar 0,17 persen; kelompok Kesehatan sebesar 0,15 persen; serta kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olah raga sebesar 0,04 persen. Sedangkan kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok Bahan Makanan sebesar 0,12 persen.
Teguh menjelaskan, tiga komoditas utama yang mendorong terjadinya inflasi pada Oktober 2018 ialah bensin, emas perhiasan, dan cabai merah. Seperti diketahui, terhitung sejak 10 Oktober 2018, pemerintah resmi melakukan penyesuaian harga jual BBM jenis pertamax series (pertamax dan pertamax turbo), dex series (pertamina dex dan dexlite), serta bio solar non subsidi.
"Hal ini membuat komoditas bensin menjadi pendorong utama terjadinya inflasi Oktober 2018," ujar Teguh.
Teguh melanjutkan, harga cabai merah pada Oktober 2018 juga mengalami kenaikan. Kenaikan terjadi akibat tingginya permintaan, sementara pasokan cabai merah tidak cukup untuk memenuhi permintaan di pasar. Situasi ini menjadikan cabai merah menjadikan salah satu komoditas pendorong utama inflasi Jatim.
Sementara, beberapa komoditas yang menjadi penghambat utama terjadinya inflasi di Jatim pada Oktober 2018 ialah telur ayam ras, tomat sayur, dan daging sapi. Teguh mengatakan, pada Oktober, harga telur ayam ras terus mengalami penurunan disebabkan oleh banyaknya produksi telur dan tidak diimbangi dengan penyerapan di pasar.
"Harga beberapa sayuran juga mengalami penurunan terutama tomat sayur yang mengalami penurunan cukup drastis. Hal ini dikarenakan melimpahnya produksi yang disebabkan oleh bersamaannya waktu panen di beberapa daerah penghasil tomat," kata Teguh.
Teguh melanjutkan, berdasarkan penghitungan angka inflasi di 8 kota IHK di Jawa Timur selama Oktober 2018, seluruh kota mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Malang dan Sumenep mencapai 0,30 persen. Kemudian diikuti Jember sebesar 0,24 persen, Probolinggo sebesar 0,20 persen, Madiun sebesar 0,18 persen, Kediri sebesar 0,16 persen, Surabaya sebesar 0,15 persen, dan Banyuwangi sebesar 0,09 persen.
Sementara, lanjut Teguh, berdasarkan pemantauan tingkat inflasi kalender (Januari-Oktober) 2018 di 8 kota IHK Jawa Timur, Jember merupakan kota dengan inflasi tahun kalender tertinggi yaitu mencapai 2,17 persen. Sedangkan kota yang mengalami inflasi kalender terendah adalah Probolinggo dengan tingkat inflasi sebesar 1,09 persen.