REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di awal kehadirannya, Al Irsyad Al-Islamiyyah telah banyak melahirkan tokoh besar yang menjadi teladan bagi bangsa Indonesia. Kini, Al Irsyad Al-Islamiyyah diharapkan melahirkan kembali sosok-sosok hebat yang menginspirasi.
“Sekarang dan ke depan diharapkan Al-Irsyad Al-islamiyyah lebih berperan dan andil dalam menghasilkan generasi yang bisa menjadi teladan Ian rujukan umat. Saat ini, bangsa Indonesia sangat membutuhkan sosok-sosok yang seperti itu,” kata Dr Haikal Hasan saat mengisi kajian bertema “Al-Irsyad Al-Islamiyyah, Perannya Dalam Sejarah Pergerakan Nasional” di Masjid Abu Bakar Ash-Shiddiq, Jakarta, Rabu (7/11) malam.
Kajian yang diadakan oleh PC Al-Irsyad Al-Islamiyyah Jakarta Timur ini merupakan sesi kedua dari tujuh sesi yang direncanakan. Haikal menambahkan, mengkaji sejarah Al-Irsyad tidak bisa lepas dari sejarah Islam dari masa Rasulullah, sahabat dan seterusnya hingga Islam masuk ke Nusantara.
Haikal Hasan mengungkapkan, salah satu kiprah Al-Irsyad Al-Islamiyyah di masa awal terbentuknya, ykni sebelum kemerdekaan RI, adalah ormas yang pertama kali menyerukan secara resmi menyatakan urgensi kemerdekaan bangsa. “Hal ini dinyatakan secara resmi pada muktamar Al-Irsyad Al-Islamiyyah pertama,” ujarnya dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Rabu (7/11).
Selain itu, kata Haikal, tak sedikit tokoh perjuangan kemerdekaan bangsa yang datang dari kalangan Al-Irsyad Al-Islamiyyah. Mereka antara lain, Yunus Anis, Prof Dr T M Hasby As-Shiddique, Prof Kahar Muzakkir, Muhammad Rasjidi, Prof Farid Ma’ruf, Al-Ustadz Umar Hubeis, dan Said bin Abdullah bin Thalib al-Hamdani.
Yunus Anis adalah alumnus Al-Irsyad yang dikenal sebagai seorang pemimpin yang menonjol dari Gerakan Muhammadiyah. Ia mendapat kehormatan dijuluki “Tulang Punggung Muhammadiyah” karena pengabdiannya sebagai sekretaris jenderal di organisasi tersebut selama 25 tahun.
Prof Dr T M Hasby As-Shiddique adalah putera asli Aceh, penulis terkenal dalam masalah hadis, tafsir, dan fikih Islam moderen. Guru besar di IAIN Yogyakarta ini bahkan pernah menjabat rektor Universitas Al-Irsyad di Solo (sekarang sudah tutup).
Prof Kahar Muzakkir berasal dari Yogyakarta. Lulus dari Madrasah Al-Irsyad, Kahar Muzakkir melanjutkan studinya di Dar al-Ulum, Kairo, Mesir. Ia sangat aktif berjuang untuk kemerdekaan Indonesia dan termasuk penandatangan Piagam Jakarta 22 Juni 1945. Kemudian ia menjadi rektor Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta.
Muhammad Rasjidi adalah menteri agama Republik Indonesia yang pertama. Ia berasal dari Yogyakarta. Ia pernah menjadi profesor di McGill University, Montreal, Kanada, dan juga mengajar di Universitas Indonesia, Jakarta. Semasa hidupnya, ia menulis banyak buku.
Prof Farid Ma’ruf adalah putra asli Yogyakarta. Ia guru besar di IAIN, dan juga salah satu tokoh besar Muhammadiyah di awal-awal berdirinya. Lulusan Madrasah Al-Irsyad ini sempat menjabat direktur jenderal Urusan Haji di Departemen Agama.
Ada pula Ustaz Umar Hubeis. Jabatan pertamanya adalah sebagai direktur Madrasah Al-Irsyad Surabaya. Di waktu yang bersamaan ia aktif di Masyumi (Majelis Syura Muslimin Indonesia). Umar Hubeis bahkan pernah menjadi anggota DPR mewakili Masyumi. Ia juga menjadi profesor di Universitas Airlangga, Surabaya. Semasa hidupnya, ia juga menulis beberapa buku, terutama fikih. Yang terkenal adalah Kitab Fatawa.
Tokoh lainnya adalah Said bin Abdullah bin Thalib al-Hamdani. Lulusan Al-Irsyad Pekalongan ini sangat menguasai fikih dan menjadi professor di Fakultas Syariah IAIN Yogyakarta. Ia juga menulis buku-buku fikih. Di kalangan cendekiawan dan intelektual Islam Indonesia, ia dijuluki Faqih Al-Irsyadiyin (cendekiawan terkemuka di bidang hukum Islam dari Al-Irsyad). Sayang kebanyakan bukunya yang umumnya ditulis dalam bahasa Arab, belum diterjemahkan.
Tokoh yang tidak kalah pentingnya adalah Abdurrahman Baswedan. Pendiri Partai Arab Indonesia (PAI) dan aktivis Masyumi ini pernah menjadi wakil menteri penerangan RI.