Senin 12 Nov 2018 19:45 WIB

Bertahan di Tengah Kejayaan E-Dagang

Ritel harus peka dan menyiapkan strategi bisnis di era disrupsi

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
ecommerce
ecommerce

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kehadiran teknologi telah mengubah perilaku sebagian masyarakat dalam melakukan berbagai hal, termasuk untuk urusan belanja. Dalam kurun waktu tiga sampai lima tahun belakang, perubahan perilaku belanja dari transaksi luring menjadi daring membuat pusat perbelanjaan seperti mal dan supermarket seketika sepi pengunjung.

Banyak yang menyebut hal itu disinyalir karena tingginya pertumbuhan berbagai platform e-dagang seiring meningkatnya jumlah pengguna internet dan ponsel pintar. Menengok situasi ini, tidak sedikit yang meragukan eksistensi dari industri ritel di tengah kejayaan e-dagang. Keyakinan itu kian menguat setelah beberapa perusahaan ritel terpaksa menutup toko-tokonya karena sepi pengunjung. 

Meski demikian dosen magister manajemen Universitas Gajah Mada Hargo Utomo mengaku optimistis industri ritel tetap bisa mempertahankan eksistensinya dinera disrupsi ini. Alih-alih menjadikannya sebagai hambatan, perusahaan ritel harus bisa memanfaatkan momen ini untuk mengevaluasi diri.

"Untuk bertahan di era ini perusahaan ritel harus kreatif, inovatif, proaktif dan agresif. Dibutuhkan langkah strategik dalam mengabsorbsi dan memaknai setiap indikasi perubahan lingkungan bisnis," ujar Hargo saat ditemui dalam acara diskusi beberapa waktu lalu.