REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat (16/11) pagi bergerak menguat. Rupiah menguat 70 poin ke posisi Rp 14.595 dari sebelumnya Rp 14.665 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan, positifnya laju rupiah berlanjut seiring masih adanya sejumlah sentimen positif dari dalam negeri. "Akan tetapi, adanya peringatan dari Gubernur The Fed terkait potensi masih berlanjutnya tingkat suku bunga Fed Fund Rate yang dibarengi permasalahan internal di Benua Eropa antara lain perundingan Brexit di Inggris dan penyelesaian masalah anggaran di Italia membuat laju eruro dan poundsterling dapat tertekan sehingga dapat dimanfaatkan oleh dolar AS kembali menguat," ujar Reza.
Ia menuturkan, sentimen dari dalam negeri diharapkan masih ada yang kembali positif untuk membuat rupiah bertahan di teritori hijaunya. Nilai tukar rupiah hari ini diperkirakan akan bergerak di kisaran Rp 14.695 per dolar AS hingga Rp 14.655 per dolar AS.
Pascapengumuman kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia, BI 7-Days Reverse Repo Rate, pergerakan rupiah mampu kembali melanjutkan kenaikannya.
BI merilis suku bunga acuan yang naik 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen dengan alasan untuk mempertahankan posisi defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) di sepanjang tahun ini tetap berada di bawah 3 persen dari PDB.
Di sisi lain, meski terdapat kekhawatiran kenaikan tersebut akan membuat perbankan menyesuaikan suku bunga kreditnya namun, optimisme OJK yang memperkirakan penyaluran kredit dapat bertumbuh 13 persen secara tahunan (yoy) dan perkiraan kondisi likuiditas perbankan yang masih cukup bagus membantu penguatan Rupiah.
Tak ketinggalan, penerbitan aturan transaksi derivatif suku bunga Rupiah, yaitu "Interest Rate Swap" dan "Overnight Index Swap", serta adanya penilaian posisi defisit neraca perdagangan sebesar 1,82 miliar AS pada Oktober 2018 tidak akan memicu pelebaran defisit transaksi berjalan ke kisaran di atas 3 persen, turut direspon positif.