Selasa 20 Nov 2018 13:35 WIB

UNICEF: 80 Persen Anak Irak Menderita Akibat Kekerasan

Cuma lebih separuh anak dari keluarga miskin di Irak menyelesaikan pendidikan dasar

Anak-anak Irak bermain di jalan yang dipenuhi asap akibat pembakaran sumur minyak oleh ISIS di Qayyara, IraK, 12 November 2016.
Foto: REUTERS/Ari Jalal
Anak-anak Irak bermain di jalan yang dipenuhi asap akibat pembakaran sumur minyak oleh ISIS di Qayyara, IraK, 12 November 2016.

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD – Hasil studi yang dilakukan UNICEF selama tujuh tahun terakhir menyimpulkan bahwa kebanyakan anak Irak menjadi sasaran kekeasan dan pelecahan. Selain itu, kebanyakan anak di Irak tidak menerima bantuan pemerintah

"Bahkan dengan merosotnya pertempuran baru-baru ini (melawan kelompok Da'esh), 80 persen dari seluruh anak terpajan kekerasan, baik di dalam rumah maupun di sekolah," kata UNICEF, sebagaimana dikutip Kantor Berita Anadolu, Selasa (20/11).

Menurut temuan studi tersebut, kurangnya pendidikan menengah bertambah parah, dan kurang dari sepertiga anak-anak dari keluarga miskin lulus sekolah menengah dibandingkan dengan sebanyak tiga-perempat dari keluarga yang lebih kaya.

"Keperluan pendidikan anak-anak di Irak sangat luas: separuh dari seluruh sekolah umum di negeri tersebut memerlukan perbaikan dan satu dari tiga sekolah beroperasi dengan banyak giliran, sehingga mengekang waktu belajar anak-anak," kata laporan UNICEF.

Sebagai survei menyeluruh pertama mengenai kesejahteraan anak-anak Irak yang dilakukan oleh UNICEF dalam tujuh tahun, laporan itu menuding konflik dan ketidak-setaraan sebagai penyebab berlanjutnya penderitaan anak-anak Irak.

Cuma lebih separuh anak dari keluarga miskin menyelesaikan pendidikan dasar mereka, sementara jurang pemisah bertambah lebar pada sekolah menengah atas tempat kurang dari seperempat anak miskin lulus, kata laporan tersebut. 

"Data itu adalah petunjuk paling jelas bahwa anak-anak yang paling rentan di Irak adalah kelompok yang paling mungkin untuk tertinggal," kata Peter Hawkins, wakil UNICEF di Irak, yang dikutip Xinhua. 

"Perolehan yang sulit dicapai guna mengakhiri konflik di Irak dan peralihan ke masa depan yang stabil bisa hilang tanpa penanaman modal tambahan buat semua anak agar bisa mencapai potensi penuh mereka," tambah Hawkins. 

Selain itu, hanya empat dari 10 anak sepenuhnya divaksinasi, dan sebagian anak yang paling miskin kehilangan kesempatan mereka, kata laporan tersebut.

Namun, Irak telah membuat kemajuan besar pada masalah kematian bayi yang baru dilahirkan dan anak-anak, termasuk berkurangnya jumlah anak yang meninggal pada bulan pertama kelahiran mereka dari 20 kematian per 1.000 bayi yang dilahirkan dalam keadaan hidu jadi 14 sejak survei terakhir dilakukan pada 2011, kata laporan itu.  

Survei tersebut dilakukan di bawah pengawasan Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi. UNICEF mendesak Pemerintah Irak agar "menanam modal pada layanan yang secara langsung menguntungkan anak-anak yang terpengaruh oleh konflik dan kemiskinan serta bekerja ke arah diakhirinya semua bentuk kekerasan terhadap anak-anak". 

Irak saat ini mengupayakan dukungan untuk membangun kembali negeri tersebut, setelah konflik tiga-tahun, yang memporak-porandakan melawan Da'esh berakhir pada penghujung tahun lalu.

sumber : Antara/Xinhua
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement