REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Jim Mattis mengatakan pada Rabu (21/11) bahwa AS dan Korea Selatan (Korsel) akan mengurangi latihan militer 'Foal Eagle' pada tahun depan. Hal itu dilakukan agar tidak mengganggu upaya diplomatik dengan Korea Utara (Korut).
"Foal Eagle sedang direorganisasi sedikit agar tidak berbahaya bagi diplomasi," kata Mattis kepada wartawan.
Latihan Foal Eagle, yang biasanya melibatkan ribuan gabungan pasukan darat, udara, angkatan laut dan operasi khusus, berlangsung setiap musim semi. Pada KTT tingkat tinggi Juni lalu, Presiden AS Donald Trump dan pemimpin Korut Kim Jong Un setuju untuk melakukan denuklirisasi dan perdamaian di semenanjung Korea. Mereka juga sepakat untuk membangun hubungan baru.
Sejak itu, AS dan Korsel menangguhkan sejumlah latihan militer untuk mendorong pembicaraan dengan Korut. Namun, proses negosiasi hanya memperoleh sedikit kemajuan. Pyongyang marah atas desakan Washington untuk terus menekankan sanksi internasional kepada Korut sampai penyerahan senjata nuklirnya. AS sebelumnya juga telah menangguhkan latihan militer bersama musim panas dengan Korsel, yang dikenal sebagai Ulchi Freedom Guardian.
Komandan baru pasukan AS di Korsel, Jenderal Robert Abrams, mengatakan pada September lalu bahwa keputusan untuk menangguhkan beberapa latihan gabungan adalah hal yang bijaksana. Namun, hal ini berdampak pada menurunnya kemampuan militer.
Pada Selasa, Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan AS telah mengatakan kepada Korsel bahwa negara itu seharusnya tidak meningkatkan hubungan dengan Korut sebelum Pyongyang menyerahkan senjata nuklirnya. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Korsel Kang Kyung-wha mengatakan Pompeo telah menyatakan ketidakpuasannya pada pakta militer antar-Korea yang dicapai dalam pertemuan puncak September lalu.