REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pemuda tengah mengitari api. Ia menjaganya setiap waktu sepanjang hari agar api itu tak padam.
Ia merupakan putra sang kepala daerah Ishafan, sebuah kawasan di Persia. Bagi masyarakat setempat, petugas penjaga api ibarat budak Tuhan karena mereka merupakan umat Majusi, para penyembah api.
Sang kepala daerah pun sangat mencintai anaknya hingga menugaskannya peran yang dianggap mulia tersebut. Pemuda itu juga merupakan putra kesayangannya hingga tak diizinkan keluar rumah, apalagi pergi jauh dari perapian.
Suatu hari, sang ayah didera kesibukan yang sangat. Sebagai pemimpin daerah sekaligus petani, ayah si pemuda tak sempat mengurus lahannya. Maka ditugaskanlah si pemuda untuk mengurus lahan.
Si pemuda pun menurut dan kemudian segera menuju lahan. Inilah kali pertama ia keluar rumah. Di tengah perjalanan, ia melewati sebuah gereja Nasrani yang tengah menjalankan ritual ibadah. Ia tertarik, memasukinya, kemudian terkagum dengan ajaran Nabi Isa yang disampaikan sang imam gereja.
Ia pun kemudian bertanya pada gerejawan, "Dari mana asal usul agama ini?" Mereka pun menjawab, "Dari Syam (sekarang kawasan Suriah, Palestina, dan Yordania)". Sang pemuda pun penasaran, "Jika rombongan dari Syam beragama Nasrani datang ke sini untuk berdagang, dapatkah kalian mengabarkanku?" pinta si pemuda yang kemudian disambut suka cita oleh mereka.
Si pemuda pun kemudian menghabiskan waktu di gereja itu hingga senja. Tugas mengurus lahan terlupakan begitu saja.