Sabtu 24 Nov 2018 05:01 WIB

Jawa dan Radikalisasi Islam: Mengapa Lestari?

Dari dahulu ternyata radikalisme terkait soal elit, politik, dan ekonomi.

Rep: muhammad subarkah/ Red: Muhammad Subarkah
Raja Pakubuwono X ketika berkunjung ke Masjid Luar Batang 1920
Foto: Gahetna.nil
Raja Pakubuwono X ketika berkunjung ke Masjid Luar Batang 1920

Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika.

Setelah setahun terbenam, isu radikalisme menjelang bulan Desember 2018 ini mendadak muncul lagi. KIni ada yang mengatakan bahwa ada 41 masjid di kalangan kementerian dan BUMN terpapar radikalisme. Dan bukan hanya itu ada 50 penceramah disebut sebagai penganjur radikasilme.

Banyak pihak yang sudah gerah terhadap soal tersbeut. Sekjen PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti telah meminta agar persoalan ini dijernihkan. Mu'ti menyarankan agar BIN sebaiknya langsung menyampaikan hasil survei itu kepada pemerintah. Selain itu, ia mengatakan, BIN sebaiknya menyebutkan nama-nama masjid tersebut supaya menjadi perhatian masyarakat.

"Sebaiknya, BIN memberikan datanya kepada pemerintah, dewan masjid, dan ormas Islam. Tidak seharusnya BIN seperti main 'petak umpet' dengan pernyataan yang justru menimbulkan spekulasi publik," kata Mu'ti