REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Amani al-Khatahtbeth sejak kecil tidak tumbuh dalam komunitas Muslimah yang baik. Meski bangga atas budaya yang ia miliki, dia frustrasi dengan persepsi Islam dan Islamofobia yang berkembang setelah 9/11.
Dia pun memutuskan untuk membuat ruang bagi Muslim dan non-Muslim bisa belajar dan mengenal lebih banyak tentang budaya, agama, dan orang-orang yang memeluk agama Islam itu. Amani tumbuh di New Jersey, Amerika Serikat, ketika kejadian 9/11 berlangsung.
Saat itu, ia bahkan harus menyembunyikan identitasnya sebagai seorang Muslimah untuk menghindari penilaian negatif dari teman-teman dan tetangganya. Ketika berusia 13 tahun, ia dan keluarga pindah ke Yordania, tanah kelahiran sang Ayah.
Perpindahan keluarga yang terjadi pada 2005 ini disebabkan mereka khawatir akan meningkatnya kekerasan terhadap komunitas Muslim di AS. Kepindahannya ke Yordania pun menjadi pengalaman paling transformatif yang dirasakan oleh Amani.
Ia bisa tumbuh dengan lebih mencintai agamanya dan perlahan-lahan mendapatkan kembali kepercayaan atas identitas yang ia miliki. Ia tidak lama tinggal di Yordania.
Beberapa tahun kemudian, keluarganya memutuskan untuk kembali ke AS. Salah satu alasan kembalinya Amani karena sang ibu yang jatuh sakit dan ingin tinggal bersama sanak keluarganya yang lain di New Jersey.