REPUBLIKA.CO.ID, TAIPEI -- Presiden Taiwan Tsai Ing-wen mengundurkan diri sebagai ketua Democratic Progressive Party (DPP) setelah partainya kalah dalam pemilihan lokal.
DPP mengalami kekalahan di kota terpadat kedua Taiwan Taichung dan wilayah basis pertahannya, kota Kaohsiung. DPP telah memimpin suara di kedua wilayah itu selama dua dekade dan memainkan peran sentral dalam gerakan pro-demokrasi Taiwan pada 1970-an. Kedua wilayah itu dimenangkan oleh partai oposisi Kuomintang.
Tsai mengatakan DPP akan mengevaluasi kekalahan. Namun ia berjanji akan terus memberi tekanan untuk kemerdekaan.
"Melanjutkan reformasi, kebebasan dan demokrasi, dan melindungi kedaulatan negara adalah misi yang tidak akan ditinggalkan DPP," katanya.
Dia mengatakan tidak akan menerima pengunduran diri Perdana Menteri William Lai, yang telah mengajukan pengunduran dirinya. DPP hanya memenangkan suara di enam kota dan kabupaten di Taiwan. Sedangkan Kuomintang menang di 15 wilayah.
"Ini adalah kekalahan yang tragis bagi DPP. Tetapi ini bukan dukungan bagi Kuomintang dari rakyat. Ini adalah kekecewaan rakyat kepada DPP," kata Yao Chia-wen, penasihat senior presiden, kepada Reuters.
Penghitungan suara masih dilakukan di ibu kota Taiwan, Taipei. Perolehan suara calon pejawat Ko Wen-je, seorang independen, bersaing ketat dengan suara calon partai Kuomintang Ting Shou-chung. Sementara perolehan suara calon DPP tertinggal jauh.
Belum ada reaksi dari Beijing dalam menanggapi hasil pemilu. Media negara Cina hanya memberitakan pengunduran diri Tsai setelah kekalahan partainya.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) memuji sistem demokrasi dalam pemilu ini. Stasiun televisi Taiwan melaporkan jumlah partisipasi pemilih dalam pemilu kali ini cukup tinggi. Beberapa tempat pemungutan suara di beberapa wilayah Taipei dan Kaohsiung tetap buka sebelum jam 4 sore waktu setempat atau sebelum pemungutan suara akan ditutup.