REPUBLIKA.CO.ID, GARUT- Membiasakan pola hidup bersih dan sehat merupakan tugas bersama-sama. Hidup bersih dan sehat dimulai dari diri sendiri dengan menjaga kebersihan dan kesehatan. Bila sudah mulai dari diri sendiri baru kemudian ke lingkungan yang lebih luas, yakni keluarga dan masyarakat.
Upaya membiasakan pola hidup bersih dan sehat berlaku di mana pun, termasuk di pondok pesantren. Seperti disampaikan dalam acara sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat di lingkungan pesantren Muhammadiyah Se-Jawa Barat, DKI Jakarta dan Banten yang digelar melalui sinergi program Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) dan Pimpinan Pusat Muhammadiyah di Pondok Pesantren Darul Arqam Kabupaten Garut, Jawa Barat.
Acara yang bertema “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sebagai Perwujudan Pesantren Muhammadiyah Berkemajuan” tersebut dihadiri oleh Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah, Maskuri, Bupati Kabupaten Garut yang diwakili oleh Asep S Farouk selaku Asisten III Bidang Administrasi Umum, Pimpinan Pondok Pesantren Darul Arqam Garut, Ruhan Latif, serta pengasuh pondok pesantren dan santriwan-santriwati.
Dalam sambutannya, Mudir Ponpes Darul Arqam Garut, Ruhan Latif, mengatakan perilaku hidup bersih dan sehat adalah penting. Karena itu, makna bersih harus jelas. Bersih hati, pikiran, fisik dan lingkungan.
“Perilaku ini senafas dengan pepatah kebersihan sebagian dari iman. Artinya kebersihan harus menjadi karakter seorang muslim,” katanya dalam keterangan tulis yang diterima Republika.co.id, Selasa (27/11).
Hal ini juga otokritik bagi kehidupan pesantren. Artinya dengan acara ini ada informasi berupa masukan-masukan untuk lingkungan pesantren, bisa metodologi pembelajaran atau lainnya. Lebih lanjut, Mudir mengatakan bahwa Ponpes harus memaknai sampah menjadi berkah.
“Bukan memaknai sampah menjadi masalah,” paparnya.
Sementara itu, Ketua Lembaga Pengembangan Pesantren PP Muhammadiyah, Maskuri, menambahkan, perilaku hidup sehat dan bersih merupakan cara pandang yang berkemajuan. Dalam konteks pesantren, santri harus hidup sehat dan bersih.
“Kebiasaan santri itu bermacam-macam dalam perilaku hidup sehat dan bersih. Maka perilaku ini harus ditanamkan agar jika sudah terjun ke masyarakat membawa pola pikir hidup yang bersih,” pungkasnya.
Maskuri menilai santri hidup tidak di ruang hampa. Ia akan hidup di rumah, masyarakat, dan dalam jangka waktu yang panjang.
“Ikhtiar pembiasan ini sebagai budaya yang luhur di lingkungan ponpes. Jadi selaras dengan apa yang disampaikan mudir bersih harus dimulai dari diri sendiri, selain bersih spiritual dampaknya juga akan memengaruhi kebersihan dalam tata kelolanya,” jelasnya.
Bupati Kabupaten Garut, yang diwakili oleh Asisten III Bidang Administrasi Umum, Asep S Farouk, mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini di Garut. Pemerintah terbantu dengan adanya sosialisasi ini.
“Saya juga melihat lingkungan ponpes di sini sudah baik. Semoga perilaku hidup sehat di lingkungan ponpes terus terjaga,” katanya.
Hal ini bertalian dengan angka harapan hidup manusia. Asep menambahkan harapan hidup itu ditentukan oleh perilaku hidup sehat dan bersih yang didukung oleh lingkungan yang sehat juga. Di kesempatan berbeda, pasca pembukan sosialisasi perilaku hidup bersih dan sehat sehat, di depan pengasuh Ponpes dan santriwan-santriwati, Usin Muhsin, AV selaku penyampai meteri juga mengupas perilaku positif yang dilakukan santri, guru, pengelola, petugas kantin, dan lain-lainnya.
“Menanamkan kesadaran ini penting untuk mencegah penyakit, meningkatkan kesehatan, serta aktif dalam menjaga lingkungan sehat di ponpes,” paparnya.
Muhsin menilai tujuannya untuk menggandakan pengetahuan, perubahan perilaku dan sikap entitas lingkungan pesantren terutama terhadap program kesehatan lingkungan dan gaya hidup sehat. Indikatornya menurut Muhsin bisa diukur dari kebersihan individu, penggunaan air bersih, kebersihan tempat wudhu dan jamban, kebersihan masjid, kebersihan asrama dan kepadatan penghuni asrama.