Selasa 27 Nov 2018 13:57 WIB

Hidayatullah Luncurkan Gerakan Nawafil

Tujuannya sebagai penguatan komitmen dan dakwah.

Rep: Irwan Kelana/ Red: Agung Sasongko
Program nasional yang disebut juga sebagai Piagam Gunung Tembak , disampaikan oleh Ketua Umum DPP Hidayatullah, Ustaz Nashirul Haq pada penutupan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Hidayatullah, Ahad (25/11) .
Foto: Republika/Irwan Kelana
Program nasional yang disebut juga sebagai Piagam Gunung Tembak , disampaikan oleh Ketua Umum DPP Hidayatullah, Ustaz Nashirul Haq pada penutupan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Hidayatullah, Ahad (25/11) .

REPUBLIKA.CO.ID, BALIKPAPAN – Ormas Hidayatullah meluncurkan gerakan nasional yang disebut Gerakan Nawawil Hidayatullah (GNH). Program nasional yang disebut juga sebagai Piagam Gunung Tembak , disampaikan oleh Ketua Umum DPP Hidayatullah, Ustaz Nashirul Haq pada penutupan Silaturahmi Nasional (Silatnas) Hidayatullah, Ahad (25/11) .

Hidayatullah menggelar Silatnas  yang dipusatkan di Pondok Pesantren Hidayatullah Induk, Gunung Tembak, Balikpapan, Kalimantan Timur, 20-25 November 2018.

Adapun poin Gerakan Nawafil Hidayatullah mencakup enam  hal,  yakni setiap kader Hidayatullah wajib memakmurkan masjid dengan cara shalat fardhu berjamaah dan shalat sunnah Rawatib;   membaca kita suci Alquran setiap hari minimal satu juz;  rutin mendirikan shalat malam;  membaca wirid pagi dan petang; dan dakwah fardiyah setiap hari Sabtu atau hari lain sepekan sekali.

Tidak kalah pentingnya, berinfak setiap hari. “Meskipun hanya Rp 1.000 atau Rp 2.000 per hari, yang penting konsisten. Para kader  Hidayatullah harus membiasakan diri berinfak setiap hari,” ujar Nashirul pada acara penutupan Silatnas  Hidayatullah di Masjid Agung Ar Riyadh Hidayatullah, Gunung Tembak, Balikpapan, Ahad (25/11).

Alumnus Universitas Islam Madinah, Saudi Arabia, itu menyebutkan bahwa pelaksanaan atau realisasi dari semua poin yang menjadi komitmen seluruh kader Hidayatullah itu sebenarnya mudah, namun yang berat adalah konsistensi atau istiqomahnya. "Mari kita membangun komitmen untuk bersama-sama mewujudkan komitmen itu," tuturnya.

Ia  meminta kepada jamaah Hidayatullah untuk membiasakan dan menyiasati amalan Nawafil tersebut.  "Misalnya dalam membaca Alqur'an satu juz satu hari, bisa mempergunakan kesempatan sebelum dan sesudah shalat fardhu hingga mampu menyelesaikan satu juz sehari," ucapnya.

Nashirul mengungkapkan, sebelum diluncurkan secara nasional, GNH sudah dilaksanakan terlebih dahulu oleh jajaran pengurus DPP Hidayatullah sejak Syawal 1439 H (sekitar lima bulan lalu). “Setelah itu, baru kami luncurkan secara nasional untuk dilaksanakan oleh  seluruh kader Hidayatullah,” ujarnya.

Pada sesi penutupan, jajaran pimpinan  Hidayatullah, masing-masing Ustaz  Abu Ala, Ustaz  Abdul Manan, dan  KH Abdurrahman Muhammad, secara bergantian naik ke atas mimbar menyampaikan tausiyah dan pesan bernilai penguatan dakwah kepada para dai Hidayatullah.

“Penguatan dakwah itulah yang menjadi kenang-kenangan sekaligus bekal kepada para dai Hidayatullah untuk dibawa kembali ke medan dakwah tempat mereka membina dan membimbing umat agar lebih mengenal dan mendekatkan diri kepada Allah SWT,” kata KH Abdurrahman Muhammad.

Ketua Stering Commitee Kepanitiaan, Ustad Tasyrif Amin, menyebut seluruh rangkaian acara yang dihadiri lebih 10 ribu dai Hidayatullah dari berbagai provinsi, telah berjalan sesuai dengan agenda perencanaan.

"Alhamdulillah, Wakil Presiden RI, HM Jusuf Kalla, hadir membuka acara secara resmi. Ustaz Bachtiar Nasir, Profesor Din Syamsuddin, tokoh dari Turki, Qatar dan Rohingya, juga menyempatkan diri hadir di ajang Silatnas Hidayatullah 2018," ujarnya.

Wapres  dalam sambutannya sebelum membuka acara, Kamis (22/11)  mengatakan, ia menilai Hidayatullah merupakan salah satu ormas Islam yang cepat perkembangannya di Indonesia. Ia mengapresiasi peran Hidayatullah bagi bangsa ini, terkhusus lewat para dainya.

“Kita berterima kasih kepada para dai yang telah mengabdikan dirinya di gunung-gunung, di puncak-puncak bukit, di sungai-sungai yang jauh, dan juga di kampung-kampung yang belum maju,” ujarnya.

Ia pun berharap Hidayatullah tidak hanya mengajarkan mengenai agama, tapi juga mengajarkan tentang hal-hal yang sifatnya duniawi seperti ekonomi. “Kita mengharapkan dai  Hidayatullah ini bukan hanya mengajarkan tentang ibadah, tentang tauhid, tapi juga mengajarkan muamalah,” ujarnya.

Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah  Din Syamsuddin menganggap Hidayatullah telah mampu memperlihatkan jati diri sebagai ormas Islam dengan kader dan pendukung yang banyak serta telah memberikan kontribusi yang nyata kepada bangsa dan Negara.

Ia mengatakan, dengan beragamnya amal usaha dan pendidikan yang Hidayatullah telah bangun, maka lembaga yang sudah berumur 45 itu sudah mampu disejajarkan dengan ormas Islam lainnya di Indonesia.

“Tinggal bagaimana yang ada ini ditingkatkan terus, dikembangkan, hingga sampai pada waktunya tibalah umat Islam menjadi sebaik-baik umat (khaira ummat), di sini dibutuhkan dakwah-dakwah pencerahan, dakwah pembebasan, dan dakwah pemberdayaan,” tegas Din saat tampil dalam acara Silatnas Hidayatullah, Sabtu (24/11).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement