REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Suku Dinas Lingkungan Hidup Kepulauan Seribu Yusen Hardiman menyebut tercemarnya Pulau Pari, Kepulauan Seribu oleh minyak dan sampah dipastikan berasal dari sampah kiriman. Kondisi Pulau Pari yang tercemar tersebut sempat meluas di media sosial.
"Bukan pencemaran, itu sampah kiriman. Sampah itu kalau hujan besar di darat kan bisa hilirnya kan ke laut," ujar Yusen di Jakarta, Selasa (27/11).
Yusen mengatakan, anggotanya memastikan bahwa tidak ada laut yang tercemar karena minyak. Warna kecokelatan yang terlihat dalam video di media sosial dipastikan adalah eceng gondok dan sampah kemasan.
"Nggak (bukan minyak), eceng gondok itu kayak begitu. Anak buah saya sudah bersihkan," kata dia.
Ia memparkan, sampah yang terdapat di sekitar kawasan Pulau Pari dalam satu hari kurang lebih mencapai 40 ton dan 20 persen merupakan sampah kiriman dari berbagai arah angin.
Selain itu, sampah tersebut sudah ditangani dan menghasilkan sampah yang dapat diangkut oleh sepuluh gerobak motor atau setara dengan 100 meter kubik.
"Ampas-ampasnya datang kan dikumpulin dulu di tempat pembuangan sementara (TPS), di bawa nanti ke darat. Tapi kalau ada yang bisa dipilah, seperti sampah kemasan misalnya, botol minuman itu masuk ke bank sampah," ujarnya.
Sementara, mengenai kabar matinya sejumlah penyu akibat pencemaran minyak dan sampah di Pulau Pari, Yusen mengaku tidak terlibat dalam penanganannya.
"Kalau itu kontak ke BKSDA (Balai Konservasi Sumber Daya Alam), bukan ranah saya," ungkapnya.
"Artinya kami dari Sudin LH Kepulauan Seribu tidak berpangku tangan, siap tempur dengan alat dan tenaga untuk membersihkan pulau," ujarnya.