REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengurus Besar Nahdlatul Ulama meminta massa Reuni 2 Desember (212) untuk dapat menahan diri sehingga gerakan tersebut kondusif. Bentuk penahanan diri ini seperti menjaga ucapan, tindakan, dan ketertiban.
"Tolong jaga ucapan dan tindakan, jaga ketertiban dan jangan mengungkapkan kalimat yang dapat dimaknai sebagai ujaran kebencian serta jangan ada adu domba," kata Ketua Pengurus Harian Tanfidziyah PBNU Robikin Emhas dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (29/11).
Menurut dia, kegiatan Reuni 212 baik dilakukan jika memang ditujukan untuk silaturahim yang menjadi upaya mempererat persaudaraan sesama Muslim. "Karena silaturahim adalah perintah agama. Tentu hal itu harus dilakukan dengan tetap menjujung tinggi adab dan tata cara bersilaturahim," kata dia.
Karena itu, Robikin mengingatkan upaya memperkokoh ukhuwah Islamiyah tidak boleh dicederai dengan melakukan berbagai tindakan yang berpotensi merusak harmoni sosial sesama anak manusia selaku warga negara dan warga dunia. "Jangan sampai niat baik mempererat silaturahim, meningkatkan ukhuwah Islamiyah dalam forum Reuni 212, justru merusak ukhuwah wathaniyah dan ukhuwah insaniyah," kata dia.
Dia juga berharap bahwa Reuni 212 tidak ditunggangi dengan politisasi agama. Kegiatan, katanya, dalam bingkai NKRI agar menjadikan agama sebagai inspirasi dan bukan aspirasi.
Agama, kata dia, agar menjadi sarana pemuliaan harkat dan martabat kemanusiaan untuk meningkatkan etos kerja dan daya saing sebagai bangsa serta mempertinggi peradaban dunia. "Bukan menempatkan agama sebagai alat meraih suara dalam politik elektoral," kata dia.