REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perkembangan arsitektur secara sistematis telah dirintis sejak masa Umayyah. Arsitek ternama kala itu adalah al-Walid. Ia adalah putra Khalifah Abd al-Malik.
Ia sudah mempunyai bakat dan potensi yang besar dalam bidang arsitektur sejak ia masih berusia muda. Ia terus menekuni bakatnya hingga mewarisi takhta kekhalifahan.
Pada saat senggang, ia kerap berbincang dengan pembantu-pembantunya, terutama mengenai bangunan-bangunan indah. Salah satu prestasi mengagumkan yang pernah ia ukir adalah merenovasi Masjid Agung Umayyah yang ada di ibu kota pemerintahan, Damaskus, Suriah.
Selain itu, dalam History of the Arabs, Philip K Hitti menyatakan, al-Walid memperluas dan memperindah Masjidil Haram di Makkah dan juga merenovasi Masjid Nabawi yang ada di Madinah. Sosok ini pula yang mengenalkan struktur mihrab—cerukan pada dinding masjid sebagai penunjuk arah kiblat dan tempat imam—untuk pertama kalinya.
Baca: Jasa Para Arsitek Muslim
Begitu pula menara masjid sebagai bentuk arsitektur Islam yang paling penting. Menara masjid mulai dibangun semasa pemerintahan al-Walid. Ia juga meninggalkan beberapa bangunan, terutama istana kekhalifahan. Di antara yang terkenal keindahannnya adalah Istana al-Qubbah al-Khadra, al-Ukhaydir, serta al-Musyatta.
Pembangunan Istana Musyatta belum selesai saat khalifah yang arsitek ulung itu wafat dalam usia 40 tahun. Arsitek lain yang terkenal pada abad ke-7 Masehi adalah Ibrahim bin Ghanaim bin Said. Menurut Khalid Azabi, Ibrahim menjadi salah satu orang kepercayaan Khalifah al-Zahir.
Ibrahim merancang dan memimpin langsung pembangunan istana khalifah yang terletak di luar Kota Damaskus. Semasa kekuasaan Dinasti Mamluk, nama Shihab Eddine Ahmed bin Mohammed bin Ali Toulouni mencuat. Dia dipercaya menjadi kepala arsitek di istana khalifah.
Menurut sejarawan al-Asqalani, Shihab sangat ahli di bidangnya hingga dijuluki sebagai pemimpin para arsitek. Ia pernah ditugasi merenovasi Masjidil Haram di Makkah. Setelah ia meninggal dunia, jejaknya diteruskan oleh putranya yang bernama Muhammad. Ketika Turki Usmani muncul, lahir pula arsitek lainnya.
Salah satu yang terkenal adalah Ali Acemi. Sebagian bangunan megah yang dibuat semasa Dinasti Usmani merupakan hasil karyanya. Ali diangkat sebagai kepala arsitek istana pada September 1525 M. Karyanya mencakup bangunan Masjid Coban Mustafa Pasha dan kompleks Coban Mustafa Pasha.
Jonathan Bloom dan Sheila Blair dalam buku Islamic Arts and Architecture mengatakan, gaya arsitekturnya sangat mengandalkan presisi. Kompleks Coban Mustafa Pasha, misalnya, didekorasi dengan hiasan panel serta bahan marmer.
Tampil pula tokoh lainnya, Kodja Mimar Sinan. Ia kemudian dikukuhkan sebagai salah satu arsitek terbesar pada zaman Turki Usmani. Dia pernah menjabat arsitek kepala dan insinyur teknik sipil. Sinan berjasa dalam membangun Kota Istanbul di bawah empat masa kepemimpinan sultan, yaitu Salim I, Sulaiman I, Salim II, dan Murad III.
Tak kurang dari 476 bangunan telah dibuatnya dan sebagian masih berdiri tegak hingga saat ini.