REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Darmin Nasution meyakini masih ada potensi penguatan rupiah hingga akhir 2018. Seperti diketahui, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bergerak melemah.
Berdasarkan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), nilai tukar rupiah pada Jumat (7/12) berada pada level Rp 14.539 per dolar AS. Angka itu terus melemah dibandingkan level rupiah pada awal Desember 2018 yang sebesar Rp 14.252 per dolar AS.
Darmin menyebut, salah satu faktor pelemahan rupiah adalah peristiwa tertangkapnya Chief Financial Officer (CFO) Huawei Meng Wanzhou di Kanada. "Ya memang dunia ini aneh sekali, ada CFO-nya Huawei ditangkap, malah goyang, ini aneh-aneh saja," kata Darmin di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta pada Jumat (7/12).
Meski begitu, mantan Gubernur Bank Indonesia itu melihat masih ada potensi rupiah untuk kembali menguat hingga akhir tahun ini. Pasalnya, menurut Darmin, kondisi rupiah saat ini masih di bawah nilai fundamentalnya.
"Masih ada (potensi penguatan), tetap ada," tegasnya.
Dia mengatakan, untuk mendorong rupiah kembali menguat diperlukan kepercayaan dari pasar. Sehingga, hal itu dapat mengundang aliran modal masuk ke Indonesia.
Saat ini, pemerintah, berupaya terus mendorong ekspor dan memelihara iklim investasi termasuk dengan Paket Kebijakan Ekonomi ke-16 yang dirilis pada bulan lalu. "Yang penting kita pelihara confident dari market, bikin kebijakan untuk vokasi, kemudian untuk ekspor, nanti ekspor apa, pelan-pelan lah satu-satu kita pelihara iklim dan confident-nya, nanti lama-lama menguat (rupiah)," katanya.