REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Islam meninggalkan jejak peradaban di Cina. Jejak ini melekat pada sejumlah tradisi juga bangunan, seperti masjid. Ini semua berawal dari interaksi antara Cina dan Islam yang telah lama terjalin, baik melalui jalinan perdagangan maupun utusan resmi.
Terungkap pula, Cina juga sebenarnya telah menjalin hubungan dengan Arab sejak lama. Sebelum Islam muncul, para pelaut Arab menggalang hubungan dagang dengan Cina. Kapal-kapal Arab mengarungi samudra dari Basra, ujung Teluk Arabia, juga dari Qays, Teluk Persia.
Mereka mengarungi Samudra India, melewati Sarandip atau Sri Lanka kemudian mengarahkan kemudi kapalnya melalui Selat Malaka, yang terletak antara Sumatra dan Malaysia. Mereka kemudian meniti rute ke Laut Cina Selatan.
Mereka mendirikan pos-pos perdagangan di sebelah timur laut pelabuhan Quanzhou dan Guangzhou. Sejumlah orang Arab telah berada di Cina. Dan, kemungkinan telah memeluk Islam saat utusan Muslim pertama tiba di Cina.
Orang-orang Arab menyebut Guangzhou dengan nama Khanfu. Wilayah ini kemudian menjadi kawasan Muslim dan sentra perdagangan. Wilayah ini strategis dan mewujud menjadi pusat perdagangan paling ramai.
Sejumlah catatan mengungkapkan, salah satu sosok yang sangal dikenal dalam interaksi dengan Cina adalah sahabat Nabi Muhammad, Sa'd Ibn Abi Waqqas. Ia merupakan ketua delegasi yang diutus oleh Khalifah Usman bin Affan. Ia datang saat pemerintahan Dinasti T'ang (618-907).
Berdasarkan catatan sejarah Dinasti T'ang, Sa'd dan sejumlah utusan lainnya berlayar ke Cina melalui Samudra India dan Laut Cina. Mereka tiba di pelabuhan Guangzhou, lalu mereka bepergian ke Chang'an, yang sekarang dikenal dengan nama Xi'an.
Mereka ke Xi'an melalui jalur yang kemudian hari disebut sebagai Jalur Sutra. Saat itu, Sa'd membawa beragam hadiah dan diterima hangat oleh Kaisar T'ang, Kao-tsung. Berita awal mengenai Islam telah sampai ke kekaisaran T'ang saat diperintah oleh Tai Tsung.
Saat itu, sang kaisar memperoleh informasi melalui duta dari Kerajaan Sasanid, Persia, juga dari Bizantium mengenai berdirinya kekuasaan Islam. Seusai mempelajari Islam, Kaisar Kao mengizinkan penyebaran Islam yang ia anggap cocok seperti ajaran Konfusius.