Kamis 13 Dec 2018 23:35 WIB

Cerita Warga Lhokseumawe tak Lagi Pusing Membeli Elpiji

Sebanyak 6.000 keluarga di Lhokseumawe sudah menikmati jaringan gas.

Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan 'leak survey' pipa jaringan gas di Kampung Klalin Kabupaten Sorong Papua Barat, Selasa (29/8). PT PGN Sorong secara rutin melakukan pemeliharaan jaringan gas termasuk pegecekan pipa jargas sepanjang 24 kilometer agar terhindar dari kebocoran gas di wilayah setempat.
Foto: Olha Mulalinda/Antara
Petugas PT Perusahaan Gas Negara (PGN) melakukan 'leak survey' pipa jaringan gas di Kampung Klalin Kabupaten Sorong Papua Barat, Selasa (29/8). PT PGN Sorong secara rutin melakukan pemeliharaan jaringan gas termasuk pegecekan pipa jargas sepanjang 24 kilometer agar terhindar dari kebocoran gas di wilayah setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, LHOKSEUMAWE -- Darmawati terlihat sumringah saat petugas jaringan gas memasang meteran gas rumah tangga dirumahnya. Rasa senang dan bahagia menjadi satu. Tidak lama lagi rumahnya bakal dialiri jaringan gas atau jargas rumah tangga.

Darmawati merupakan salah seorang warga Gampong (desa) Uteun Kot, Kecamatan Muara Dua, Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh yang mendapat pemasangan jaringan gas rumah tangga. Dirinya senang atas kehadiran jaringan gas rumah tangga tersebut, karena tidak perlu lagi mengantre untuk mendapatkan satu tabung gas melon (tabung ukuran 3 Kg).

"Jika sudah terpasang alat ini, nanti katanya gas akan mengalir sendiri ke rumah. Dengan begitu tidak perlu antre lagi dan tidak capek," ujar Darmawati.

Hampir setiap hari di pangkalan gas terlihat antrean panjang warga untuk mendapatkan bahan bakar rumah tangga tersebut. Namun ada yang lebih menyedihkan lagi, jika tiba-tiba pihak pangkalan elpiji mengatakan bahwa gas sudah habis.

Belum lagi ada pihak-pihak yang bermain curang menjualnya dengan harga yang lebih tinggi diatas rata-rata Harga Eceran Tertinggi (HET). Sehingga menambah cerita kelangkaan gas tabung untuk masyarakat miskin tersebut.

Cerita lain diungkapkan oleh Ayub, warga Gampong Batuphat Barat, kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe yang telah lebih dulu menikmati sambungan gas rumah tangga. Dia mengatakan dirinya kini tidak perlu lagi bersusah payah seperti dulu saat masih bernostalgia dengan gas tabung, jika tiba-tiba kehabisan gas disaat sedang memasak.

"Sekarang tidak perlu lagi repot-repot dan khawatir saat sedang memasak seperti dulu disaat masih memakai gas tabung. Karena sekarang tidak ada istilah kehabisan gas tiba-tiba disaat sedang memasak," ucapnya.

Banyak keuntungan dan kemudahan yang didapat selama dialiri oleh sambungan jaringan gas rumah tangga. Baik dari segi biaya yang lebih murah dan juga aman dan nyaman.

"Saya terkadang merasa was-was saat masih memakai gas tabung, karena apabila ada kebocoran bisa meledak dan menyebabkan kebakaran. Akan tetapi selama menikmati jaringan gas rumah tangga seperti selama ini, rasa was-was dan resah tidak terlalu lagi dan terasa lebih mudah dan nyaman," kata dia.

Sementara itu, jaringan gas yang dibangun di Kota Lhokseumawe pada tahun 2018 merupakan penambahan dari pembangunan jaringan gas rumah tangga sebelumnya yang telah dibangun pada tahun 2016.

Seperti diungkapkan oleh Salahuddin, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Lhokseumawe, yang menyebutkan bahwa Kota Lhokseumawe mendapat tambahan jaringan gas rumah tangga, setelah ditandatangani Memorandum of Understanding (MoU) antara Pemkot Lhokseumawe dengan Kementerian ESDM tentang jaringan gas rumah tangga bagi 2.000 sambungan baru dengan dukungan APBN 2018.

Penandantanganan kerja sama penambahan jaringan gas rumah tangga untuk wilayah Kota Lhokseumawe tersebut, dilakukan oleh Wali Kota Lhokseumawe Suaidi Yahya bersama dengan 15 kepala daerah lain di Indonesia yang juga mendapat tambahan sambungan gas rumah tangga yang berlangsung di kantor Kementerian ESDM Jakarta, Jumat (23/3) lalu.

Dengan telah dilakukan penandatanganan sambungan gas rumah tangga tersebut, maka untuk jaringan gas rumah tangga di wilayah Lhokseumawe terjadi penambahan sebanyak 2.000 sambungan.

Sebelumnya telah ada sambungan gas rumah tangga sekitar 4.000 sambungan. Kemudian pada tahun ini ditambah sebanyak 2.000 sambungan, sehingga total menjadi 6.000 sambungan gas rumah tangga.

Pembangunan jaringan gas rumah tangga memiliki efek positif dari berbagai sisi. Baik sisi ekonomi maupun sisi sosial.

Untuk sisi ekonomi sudah jelas, pengunaan gas rumah tangga dengan sistem jaringan akan lebih mudah dan murah, sehingga menguntungkan konsumen. Karena apabila dikonversikan biaya antara pemakaian gas tabung dengan jaringan gas rumah tangga, maka akan jauh lebih hemat pengunaan gas sambungan rumah tangga.

Sementara dari sisi sosial juga memberi dampak yang sangat positif, dimana masyarakat tidak perlu lagi antrian panjang untuk memperoleh gas melon sehingga dengan sendirinya ikut menekan terjadinya dampak negatif sosial tersebut terkait dengan kelangkaan gas untuk kebutuhan rumah tangga. Mulai dari kelangkaan gas, aksi pencurian tabung gas serta pengunaan gas melon yang tidak tepat sasaran.

sumber : antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement