REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Beragam kajian dengan bermacam mazhab muncul di majelis taklim, mushala, masjid, hingga di perkantoran. Umat pun berlomba untuk men datangkan asatiz, ajengan, tuan guru, kiai, hingga habaib untuk mengisi majelis ilmu. Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan aktivitas yang amat tinggi derajatnya di sisi Allah SWT.
Terlebih bagi para penuntut ilmu. "... Allah akan mengangkat derajat orang beriman dan yang diberi pengetahuan, beberapa derajat …." (QS al-Mujadalah: 11).
Di dalam ayat lainnya, Allah SWT bahkan menyejajarkan menuntut ilmu dengan jihad fi sabilillah. "Tidak selayaknya para mukminin itu berjuang (di medan perang) seluruhnya. Mengapa tidak pergi dari setiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk mendalami pe nge tahuan agama, demi mengingatkan kaumnya bila mereka telah kembali agar kaumnya itu (pun) dapat menjaga diri." (QS at-Taubah: 122).
Untuk memandu umat dalam menuntut ilmu, pendiri Quran and Sunnah Solution, Ustaz Adi Hidayat, menulis sebuah buku berjudul Al-Majmu, Bekal Nabi Bagi Para Penuntut Ilmu. Di dalam buku ini, Ustaz Adi mengungkapkan beberapa keutamaan menuntut ilmu.
Pertama, dia termasuk orang yang baik. Seorang Muslim yang memiliki materi berlimpah, kedudukan yang megah, tetapi gagal paham ten tang agamanya, maka ia belum termasuk orang baik menurut Allah SWT.
Karena itu, saat Allah SWT menginginkannya berubah menjadi baik, hal pertama yang diberikan ada lah bim bingan untuk mau belajar. Dia dibimbing untuk memahami tuntunan agamanya.
Ringannya langkah penuntut ilmu juga akan meringankan dia menuju surga. Seorang penuntut ilmu pun akan dinaikkan derajatnya men jadi pewaris para Nabi. "Saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda bahwa siapa pun yang menempuh jalan untuk belajar satu pe ngetahu an, Allah akan mudahkan jalannya me nuju surga. Dan sungguh, para ma laikat membentangkan sayap me reka seraya meridhai para penuntut ilmu. Sungguh, penghuni langit dan bumi hingga yang berada di lautan memohonkan ampunan bagi penuntut ilmu. Sungguh, keutamaan orang berilmu dibanding ahli iba dah layak nya keutamaan rembulan dibanding se luruh gemintang. Sungguh, para ahli ilmu ada lah pewaris para Nabi, sedang para Nabi tidaklah mewaris kan dinar dan dirham, melain kan pengetahuan.... " (HR ibnu Majah).
Tidak adanya ilmu pun membuat hidup kehilangan arah. Ditukil dari HR al-Bukhari, Rasulullah SAW bah kan berkata, jika tidak ada lagi se orang berilmu, masyarakat akan meng angkat orang-orang bodoh se ba gai pemimpin. Mereka pun mulai bertanya, sedang para pemimpin itu menjawab tanpa ilmu, maka mereka pun sesat dan menyesatkan.