Selasa 18 Dec 2018 19:04 WIB

PBB Ajak Tiga Negara Berunding Konstitusi Baru Suriah

PBB mengadakan pembicaraan dengan Rusia, Iran, dan Turki.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
 Konflik masih melanda Suriah (ilustrasi)
Foto: Reuters/Jalal Al-Mamo
Konflik masih melanda Suriah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Utusan khusus PBB untuk Suriah Staffan de Mistura akan mengadakan pembicaraan dengan menteri luar negeri Rusia, Iran, dan Turki di Jenewa, Swiss. Pembahasan berfokus pada pembentukan komite untuk menyusun konstitusi baru bagi negara yang telah dilanda perang sipil selama tujuh tahun tersebut.

Dalam pembicaraan itu, PBB, Rusia, Iran, dan Turki akan berusaha membentuk komite konstitusi yang seimbang, kredibel, dan inklusif. Hal itu penting dilakukan mengingat banyaknya pihak yang terlibat dalam konflik Suriah.

De Mistura mengungkapkan komite konstitusi dapat menjadi titik awal bagi kemajuan politik di Suriah. "Itu menyentuh, misalnya, pada kekuasaan presiden, itu bisa dan harus menyentuh pada bagaimana pemilu dilakukan, pada pembagian kekuasaan, dengan kata lain, masalah besar," katanya, dikutip laman Aljazirah, Selasa (18/12).

Terkait hal itu, Rusia, Iran, dan Turki akan mengajukan usulan masing-masing tentang susunan anggota di dalam komite. Hal itu diperkirakan akan menempatkan De Mistura dalam posisi terjepit. Sebab, ketiga negara memiliki peran masing-masing dalam konflik Suriah.

Rusia dan Iran, misalnya, berada di pihak Presiden Suriah Bashar al-Assad. Kedua negara itu telah membela dan membantu rezim Assad dalam memerangi milisi dan kelompok oposisi bersenjata.

Sementara Turki mendukung pejuang oposisi, yakni Front Pembebasan Nasional (NLF), yang didalamnya termasuk Tentara Pembebasan Suriah. Kelompok tersebut diketahui masih mengontrol Provinsi Idlib, wilayah terakhir yang hendak direbut dan dikuasai kembali oleh pemerintahan Assad.

Anggota komite konstitusi Suriah telah disepakati berjumlah 150 orang. Assad dan kubu oposisi masing-masing telah mengajukan 50 nama untuk komite tersebut. Rusia, Iran, dan Turki masih melakukan tawar menawar dan negosiasi tentang 50 kursi tersisa yang disebut akan diisi masyarkat sipil serta anggota independen.

"Ketiga negara itu datang dengan proposal untuk daftar ketiga, yang menjadi inti masalah," kata seorang diplomat.

De Mistura dilaporkan akan menyerahkan keputusan tentang 50 anggota terakhir komite konstitusi Suriah pada Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. "Kata terakhir adalah bersama kami, dengan PBB, tidak dengan negara mana pun, sebaik dan sekuat mereka mungkin," katanya pada Ahad lalu.

Namun pada Senin lalu, Rusia, Iran, dan Turki telah mengumumkan bahwa mereka hampir menyepakati susunan anggota terakhir komite konstitusi Suriah. Kendati demikian, ketiga negara belum memberikan informasi mendetail tentang hal tersebut.

Konflik Suriah yang berlangsung sejak 2011, telah menyebabkan lebih dari 360 orang tewas. Perang tak berkesudahan juga memaksa jutaan warga Suriah mengungsi ke berbagai negara, termasuk Eropa.

Baca: Rusia Bangun Barak Baru di Pulau Sengketa dengan Jepang

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement