Senin 24 Dec 2018 11:37 WIB

Amanah itu Berat

ketika amanah ditawarkan kepada langit, bumi, dan gunung, semua angkat tangan.

Pemimpin yang amanah/ilustrasi
Foto: amazonaws.com
Pemimpin yang amanah/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Muhammad Arifin Ilham

Subhanallah, hanya Allah Maha Pemilik tunggal alam semesta, Maalikul mulki, Pemilik dari semua pemilik. We have but nothing, sepertinya kita punya, tetapi sebenarnya tidak punya apa-apa.

Ya, benar. Kita punya istri, kita punya suami. Di rumah, kita juga mempunyai anak-anak. Ada ayah, ibu, ada pembantu dan adik serta kakak. Kita pun punya rumah, punya kendaraan, punya properti, dan berbagai hal lainnya yang bersifat materi. Tapi sungguh, atas semua itu pemilik sebenarnya bukan kita. Sejatinya, ada yang me miliki dan pemiliknya teramat berkuasa dan sa ngat memberhaki untuk mengambil atau meng hilangkannya sama sekali. Dialah Allah 'Azza wa Jalla.

Karena itulah Islam tidak mengajarkan rasa memiliki secara mutlak, tetapi rasa diamanahi. Merasa bahwa semua yang dipunya adalah ama nah untuknya. Diamanahi anak-anak yang cantik-ganteng shaleh-hah, diamanahi ilmu yang mumpuni, harta yang banyak, jabatan tinggi, popu laritas yang menjulang, keluarga besar, dan semua hal.

Karena merasa sedang diamanahi, sudah seharusnya dijaga, dirawat, dan diperlakukan sebagaimana kehendak yang memberi amanah, yaitu Allah SWT. Bukankah amanah itu sifatnya sementara? Ia akan diminta lagi oleh pemilik sahnya. Bahkan, akan dimintai pertanggung jawabannya.

Ingat sahabat yang budiman, amanah itu berat. Saking beratnya, ketika amanah ditawarkan kepada langit, bumi, dan gunung, semua angkat tangan. Mereka tidak mau dan merasa tidak mampu.

"Sesungguhnya kami Telah mengemukakan amanah kepada langit, bumi, dan gunung-gunung. Maka semuanya enggan untuk memikul amanah itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanah itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh," (QS al-Ahzab: 72).

Banyak yang karena tidak amanah, hambahamba- Nya yang zalim dan bodoh itu akhirnya terjatuh pada kehinaan dan kehancuran. Baik di sini, di dunia ini maupun nanti di sana, di akhirat. Firaun tidak amanah, dihinakan dengan diteng gelamkan di dasar laut dan jasadnya diperton ton kan hingga sekarang. Qarun yang tidak amanah dengan kekayaannya, harus hina dina dengan dibenamkan dan dikubur oleh bumi. Sekali lagi amanah itu berat. Saat nanti di akhirat, di hadapan Pemilik-Nya, kita semua akan disidang, ditanya banyak hal tentang semua amanah yang diberikan kepada kita.

Inaa lillaahi wa innaa ilaihi rooji'uun, sungguh kita semua, termasuk amanah, dari-Nya dan akan kembali kepada-Nya. Kesadaran inilah yang membuat kita menjaga dan ingin menggunakan amanah ini selalu di jalan Allah. Jika ini yang ada dalam kesadaran kita, lahir akhlak mulia, zuhud, dunianya untuk akhiratnya, wara', sangat ber hati-hati dan taat pada hukum Allah.

Kemauannya hanya yang halal, tidak mau maksiat, apalagi sampai berdosa lagi. Kesenangannya membantu sesama, ar-ra'fu, sifat belas kasih, dermawan, sangat rendah hati, dan kesibukan nya asyik memperbaiki dirinya. Wallahu A'lam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement