Jumat 28 Dec 2018 15:50 WIB

Prediksi BI Soal Kurs Rupiah, Inflasi, dan CAD pada 2019

Fundamental ekonomi Indonesia dipastikan akan lebih baik pada tahun depan

Bank Indonesia
Bank Indonesia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tahun 2018 akan segera berakhir. Memasuki tahun baru, bagaimana dengan parameter perekonomian nasional seperti kurs rupiah, laju inflasi, dan defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada tahun depan?

Berikut prediksi Bank Indonesia mengenai pergerakan kurs rupiah, inflasi dan CAD pada 2019:

Baca Juga

Terkait kurs rupiah, BI optimistis nilai tukar rupiah terhadap Dolar AS akan terus bergerak stabil dan menguat pada tahun 2019. "Ke depan kami masih ingin melihat rupiah itu akan bergerak stabil dan menguat. Faktor-faktornya, yang pertama, meski ketidakpastian di global itu masih berlanjut, kami lihat intensitas tekanannya tidak akan sekuat di 2018," Gubernur BI Perry Warjiyo saat ditemui awak media usai ibadah shalat Jumat di Kompleks Perkantoran BI, Jakarta, Jumat (28/12).

Ia menuturkan, suku bunga acuan bank sentral AS The Fed atau Fed Fund Rate (FFR) yang tahun ini naik empat kali, pada 2019 mendatang hanya akan naik dua kali. Selain itu, ketegangan terkait perdagangan global dinilainya sudah mengarah ke arah yang lebih positif.

"Premi resiko juga baik, sehingga dari sisi global akan memberikan dampak positif bagi aliran modal asing ke Indonesia dan karenannya mendukung stabilitas dan pergerakan Rupiah yang lebih baik," ujar Perry.

Sementara itu, dari sisi dalam negeri, fundamental ekonomi Indonesia dipastikan akan lebih baik dimana pertumbuhan ekonomi akan lebih tinggi dibandingkan tahun ini yaitu di kisaran 5-5,4 persen pada tahun depan.

Inflasi juga diperkirakan akan tetap rendah dan terkendali di 3,5 persen dan CAD akan menurun menjadi 2,5 persen dibandingkan tahun ini yang diprediksi mencapai 3 persen.

"Neraca pembayaran di kuartal 4 akan mengalami surplus kurang lebih sekitar 4 miliar dolar AS meski CAD masih lebih tinggi tapi arus modal asing dalam bentuk PMA, investasi portfolio, maupun investasi lain, menjadi lebih besar sehingga secara keseluruhan neraca pembayaran di kuartal 4 2018 diperkirakan mengalami surplus sekitar 4 miliar dolar AS dan itu akan membawa rupiah stabil dan menguat," ujar Perry.

Perry menambahkan, prediksi rupiah yang stabil dan menguat ke depannya juga karena dukungan mekanisme pasar di pasar valuta asing yang kini semakin tumbuh. "Kalau dulu hanya spot atau pasar tunai, sekarang ada pasar swap dan domestic non delivery forward atau DNDF yang terus berkembang," kata Perry.

Berdasarkan kurs tengah BI, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Jumat mencapai Rp 14.542 per dolar AS, menguat dibandingkan hari sebelumnya Rp 14.563 per dolar AS.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement