REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sejak secara resmi menjadi operator di Wilayah Kerja Mahakam pada 1 Januari 2018, PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM), dengan dukungan penuh PT Pertamina Hulu Indonesia dan PT Pertamina (Persero) serta SKK Migas, berupaya memberikan hasil kerja yang terbaik bagi negara. Perseroan berhasil menekan biaya operasi (cost recovery) secara signifikan, dan pada sisi lain menaikkan porsi penerimaan negara.
“Upaya optimalisasi yang kami lancarkan dalam menahan laju penurunan produksi, melalui sejumlah inovasi dan strategi baru, sejauh ini telah mampu secara signifikan menekan biaya operasi atau cost recovery hingga 24 persen, yang memberi dampak positif meningkatkan penerimaan negara sebesar 31 persen,“ jelas General Manager PHM, John Anis, Kamis (3/1).
Sepanjang 2018 PHM menghasilkan lifting gas dan minyak bumi mencapai 64 juta barel setara minyak (BOE), dengan proyeksi bagian imbal hasil untuk negara setara sekitar Rp 22 triliun. Dari perkiraan lifting tahun 2018 sejumlah 15,7 juta barel minyak dan kondensat dan 65 standard cargo LNG, hingga awal Desember telah terkirim 14,5 juta barel minyak dan kondensat dan 63,2 standard cargo gas.
Dari jumlah itu, tujuan ekspor sebanyak 45 persen dan tujuan domestik 55 persen. Dari 55 persen tersebut, 35 persen di antaranya untuk gas pipa dan 20 persen LNG domestik. Kontribusi gas pipa dari PHM tersebut mencapai 65 persen dari pasokan gas pipa domestik di wilayah Kalimantan Timur, yakni sekitar 275 mmscfd.
"Capaian tersebut merupakan buah dari berbagai upaya teknis operasi yang optimal demi menjaga kelangsungan produksi, melalui penerapan sejumlah strategi, baik dalam hal pengelolaan sumur-sumur, maupun berbagai fasilitas produksi," ujar John.
Pengelolaan reservoir secara ketat diterapkan untuk sumur-sumur tua, seperti dengan mengintensifkan metode SIBU (Shut In for Build Up) yakni secara terencana menutup katup kepala sumur dan membuka kembali ketika gas telah terkumpul, dan sejumlah strategi lain. Berbagai upaya tersebut dapat menambah produksi dari sumur-sumur yang aktif, dan juga menahan laju penurunan produksi secara alamiah (natural decline).
Sedangkan untuk pengeboran sumur-sumur baru telah dikembangkan sejumlah inovasi yang berdampak pada percepatan pengerjaan sumur. Sehingga, dapat diselesaikan tajak 61 sumur pengembangan untuk tahun 2018.
Pada 2018 di Wilayah Kerja (WK) Mahakam dioperasikan empat unit rig pengeboran (dua swamp barge rig untuk pengeboran di kawasan berawa-rawa, dan dua jack up rig untuk pengeboran di lepas pantai).
Dalam Rencana Kerja dan Anggaran 2019 yang telah disetujui SKK Migas, PHM menargetkan akan mengebor 118 sumur pengembangan, dan lebih dari 6.500 kegiatan well service dan workover. Selain itu pada 2018 SKK Migas juga telah menyetujui enam Rencana Pengembangan Lapangan (Plan of Development/POD) untuk gas dan satu POD untuk minyak. Kinerja pada kegiatan pengeboran itu sejalan dengan hasil audit Pertamina Drilling Way (yang adalah pedoman kegiatan pengeboran migas di seluruh anak perusahaan Pertamina), dimana PHM berhasil meraih nilai yang amat baik yakni 93.