REPUBLIKA.CO.ID, AMMAN— Bentrokan-bentrokan terjadi di antara berbagai faksi pemberontak Suriah, pada Kamis (3/1).
Pertarungan berkecamuk di antara kubu-kubu oposisi Suriah bersenjata sejak pergolakan menentang pemerintahan Presiden Bashar al-Assad pada 2011.
Bentrokan-bentrokan di antara mereka telah membantu presiden Suriah, dengan dukungan para sekutu dari Iran dan Rusia, untuk merebut kembali banyak kawasan yang semula dikuasai pemberontak.
Tahrir ash-Sham, yang sebelumnya berafiliasi ke Al- Qaida, telah melancarkan serangan pada Selasa (1/1) terhadap kota-kota di pinggiran barat Aleppo, yang dikuasai Nour ad Din Zinki, anggota arus utama Front Pembebasan Nasional (NLF), kata warga dan sumber pemberontak yang dihubungi Reuters lewat telepon.
Tahrir ash-Sham, yang pada Rabu (2/1) menguasai kota Darat Izza, mengatakan pihaknya membalas sergapan yang dilakukan pekan ini.
Lima pejuangnya tewas dalam insiden tersebut. Kelompok itu menyalahkan Nour al Din Zinki berada di balik serangan tersebut.
Kelompok-kelompok militan Islamis memiliki perbedaaan ideologi dari kubu-kubu nasionalis di dalam Tentara Tahrir ash-Sham yang tergabung di bawah panji NLF, dukungan Turki, tetangga Suriah.
Satu sumber pemberontak mengatakan penguasaan Kota Darat Izza akan memperkuat kelompok Islamis itu dalam pembicaraan rahasia dengan Turki yang menempatkan tentaranya di bagian utara dan ingin memperkuat kehadirannya guna menjamin perbatasannya.
Tujuan kelompok militan itu ialah membentuk rangkaian wilayah dari kawasan-kawasan yang mereka kuasai di sebelah utara Idlib dekat perbatasan Turki ke benteng-benteng di pinggiran Aleppo, kata seorang diplomat senior dari Barat yang meminta jati dirinya tak disebutkan.
Pasukan NLF dikerahkan lagi untuk menghadapi serangan-serangan dan menyerang benteng-benteng dan tempat-tempat pemeriksaan Tahrir ash-Sham di Provinsi Idlib, kata warga dan pemeberontak.
"Kami minta kubu Tahrir ash Sham bertanggung jawab atas serangan berbahaya yang menimbulkan peningkatan serangan dan menyerukan orang-orang bijaknya menghentikan pertempuran dan memelihara apa yang tersisa dari revolusi," kata NLF dalam satu pernyataan.
Warga masyarakat mengatakan NLF mengalami sedikit kemajuan dalam mengusir para militan Islamis itu dari Saraqeb, salah satu kota utama yang mereka kuasai di Provinsi Idlib.
Akibat bentrokan-bentrokan itu, ketakutan di kalangan warga sipil merebak. Pulugan orang sejauh ini terbunuh dan cedera, kata pemberontak.