REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Anggoro Pramudya
Apa yang diharapkan dalam karier pesepak bola? tentunya adalah peningkatan bakat dalam mengolah bola disamping segudang prestasi. Satu jalan bisa dipulih untuk merealisasikan itu, yakni dengan bermain di kompetisi yang lebih bergengsi atau skala internasional.
Situasi itu kini tengah dijalani pemain muda Indonesia, Saddil Ramdani. Ia pergi meninggalkan Persela Lamongan untuk merapat ke klub Negeri Jiran, Malaysia, Pahang FA.
Keinginan untuk bergabung dengan Pahang FA sejatinya tak ada dalam benak Saddil. Namun, manajer Laskar Joko Tingkir Edy Yunan memastikan setiap elemen di Persela selalu mendukung keputusannya demi meningkatkan bakat bermain si kulit bundar.
"Dia (Saddil) sebetulnya tetap berkeinginan main di Persela, tapi ini demi masa depannya. Dia ingin mengembangkan bakat dan kemampuannya. Kami pun merelakannya," sebut Edy Yunan, kemarin.
Pemain langganan timnas Indonesia di berbagai jenjang umur itu sudah berada di Persela selama dua musim. Keinginannya bisa dibilang merupakan tekad besar Saddil untuk mengembangkan tekniknya sebagai pesepak bola.
Cita-citanya menghadapi tantangan baru di negeri orang dan berharap dapat meroket seperti beberapa seniornya yang sudah lebih dahulu merumput di Negeri Jiran mendapat apresiasi dari rekan sejawat.
Namun, patut disadari stigma bermain di negeri orang bukan jaminan karier seorang pemain bakal melejit. Apalagi, Malaysia, yang memiliki trek rekor kurang bagus bagi pesepak bola tanah air.
Berawal dari kesuksesan Bambang Pamungkas dan Elie Aiboy ketika memperkuat Selangor FA medio 2005 - 2007, banyak pemain terpatri untuk ikut meniti karier di Malaysia. Faktanya, beberapa pemain pun cukup kesulitan ketika tampil di kompetisi Malaysia.
Bahkan, nama-nama seperti Ilham Jayakesuma dan Ponaryo Astaman bak ditelan ombak hilang begitu saja. Sampai akhirnya, tak lama kemudian mereka memutuskan kembali bermain di Liga Indonesia. Sebab, selain Andik Virmansyah yang pernah lima musim di Negeri Jiran, sejauh ini tak ada pesepak bola Indonesia yang bertahan lama.
Akar permasalahannya yakni tuntutan kepada pemain asing di Malayasia sangatlah besar. Manajemen dan para penggemar benar-benar mengukur kualitas pemain anyar mereka. Terlebih, jika pemain yang didatangkan merupakan seorang striker. Mereka bakal melihat jumlah gol dan upaya sang pemain dalam merobek jala lawan.
Faktanya, David Laly, pemain berdarah Papua yang saat ini berseragam Felcra FA tim asal Malaysia mengaku dirinya harus meningkatkan fisik dan kualitas bermain di atas lapangan. Hal itu demi membuatnya terpilih masuk daftar pemain utama pelatih.
"Saya perlu meningkatkan kondisi fisik dan menambah stamina saya untuk masuk dalam bagian tim," ujar mantan penggawa Persib Bandung ini.
Alhasil, alasan Saddil untuk hengkang ke Pahang FA sangatlah masuk akal dengan bertekad mengembangkan keterampilannya di atas rumput hijau. Tetapi, yang pasti gelandang tengah berusia 20 tahun itu patut bekerja lebih keras lagi dan sanggup memikul beban berat yang berbeda saat ia bermain di Liga Indonesia.
Terlebih lagi, dalam beberapa aspek sepak bola Malaysia diakui memiliki keunggulan tersendiri. Mulai dari profesionalitas hingga menyoal masalah keuangan dalam sepak bola.
Maka, memang harus diberikan apresiasi kepada pemain Indonesia yang memilih untuk hijrah ke luar negeri, termasuk, Malaysia. Kini, giliran Saddil mencoba peruntungannya.