Rabu 09 Jan 2019 16:34 WIB

Pertamina Operasikan Dua Floating Storage

Floating Storage ini nantinya berfungsi untuk menampung semua pasokan FAME.

Rep: Intan Pratiwi/ Red: Gita Amanda
Kapal Floating Storage & Regasification Unit (FSRU). (Ilustrasi)
Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay
Kapal Floating Storage & Regasification Unit (FSRU). (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Pertamina pada tahun ini menyiapkan dua floating storage untuk menampung pasokan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) dari para perusahaan Bahan Bakar Nabati (BBN). Langkah ini dilakukan Pertamina agar kendala pasokan dan distribusi yang sempat terjadi di 2018 tidak terulang.

Direktur Logistik, Supply Chain dan Infrastruktur Pertamina, Ghandi Sriwidodo, menjelaskan dua floating storage yang disiapkan Pertamina akan standby di perairan Kalimantan. Floating Storage ini nantinya berfungsi untuk menampung semua pasokan FAME dari para BU BBN Kalimantan untuk kebutuhan Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM) Pertamina wilayah Kalimantan dan Sulawesi.

"Ada dua, Kalimantan aja sementara, karena itu paling besar, untuk memasok kebutuhan Kalimantan dan Sulawesi. Sisanya masing-masing. Kayak FAME di Wayame, yang buat di sana," ujar Ghandi saat ditemui di DPR RI, Rabu (9/1).

Ghandi menjelaskan dua floating storage ini masing-masing memiliki kapasitas sebesar 35 ribu kiloliter. Harapannya, dengan adanya floating storage ini maka bisa memudahkan pasokan FAME. Pasokan yang masuk ke FS ini nantinya akan langsung didistribusikan Pertamina langsung ke Tangki Blending.

"Jadi semua Badan Usaha Bahan Bakar Nabati (BUBBN) yang punya alokasi di Balikpapan, drop ke situ. Itu kan clustering beberapa lokasi di wilayah timur. Supaya lebih efisien. Daripada mereka kirim ke Somlaki, Poso, Timika kemana-mana, ke Kendari, Baubau, Parepare, Palopo, mending drop situ aja," ujar Ghandi.

Sebelumnya, selain di Kalimantan, Pertamina sempat mengusulkan untuk menggunakan floating storage yang ada di Tuban. Hanya saja, rencana tersebut tidak bisa terealisasi karena tidak mendapat restu dari otoritas pelabuhan karena arus yang tidak baik.

"Kemarin kan rencanya ada 25 titik karena kita rencana ada tiga floating storage. Karena Tuban nggak jadi, jadi ada 30 titik TBBM buat mengolah B.20. Pihak otoritas perairan nggak mengizinkan. Ada sisa ranjau yang jadinya menganggu perairan," ujar Ghandi.

Dengan adanya infrastruktur ini, kata Ghandi, harapannya target serapan B.20 sebesar enam juta kiloliter pada 2019 ini bisa terealisasi. "Ya, Insyaallah, ini bisa terealisasi," ujar Ghandi.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement