REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Sebuah film dokumenter menceritakan pengakuan seorang pria asal Korea Utara (Korut) yang bekerja di Kuwait sebagai pekerja konstruksi untuk mendanai program nuklir negara. Tak hanya di Kuwait, sebagian laki-laki dan perempuan Korut lainnya bekerja sebagai pegawai bank di Singapura.
Upah miliaran dolar AS dari para pekerja tersebut diperuntukkan untuk memenuhi ambisi nuklir Presiden Korut, Kim Jong-un. Selama bertahun-tahun, diperkirakan 150 ribu pekerja Korut dikirim ke luar negeri untuk mengumpulkan uang untuk keluarga Kim yang berkuasa.
Film tersebut mengungkapkan pria dan wanita membantu menghasilkan miliaran dolar AS untuk Korut. Mereka yakni dari mantan perwira tinggi hingga pekerja yang bekerja keras di pabrik dan di lokasi konstruksi di seluruh dunia. Tujuannya bukan untuk diri sendiri dan keluarga, melainkan hanya agar sebagian besar gaji mereka langsung dikembalikan ke Korea.
101 East seperti dilansir laman Aljazirah edisi Kamis (17/1) bertemu dengan pembelot yang mengatakan uang yang diperoleh di luar negeri langsung masuk ke keluarga Kim dan telah membantu mendanai pengembangan program rudal nuklir mereka. Seorang mantan pejabat tinggi mengungkapkan, bagaimana mantan pemimpin Kim Jong-il menciptakan Office 39, sebuah badan yang mengelola ribuan perusahaan dan pabrik di luar negeri sehingga menyediakan setengah dari produk domestik bruto negara itu.
PDB negara itu pun berasal dari buruh seperti Lim II. Dia menggambarkan bagaimana dia bekerja siang dan malam di sebuah lokasi konstruksi di Kuwait selama lima bulan tetapi tidak pernah dibayar upah. Sebaliknya, katanya, gajinya dikirim langsung kembali ke Pyongyang.
Seorang pembelot lain, Kim Kwang-jin, mengatakan ia menghasilkan puluhan juta dolar AS untuk Korea Utara ketika ia dikirim ke Singapura pada awal 2000-an untuk bekerja di Bank North East Asia di negara itu.
"Tujuan utama kami adalah menghasilkan uang asing dan bisnis uang tunai asing ini sepenuhnya rahasia," katanya.